Minggu, 06 April 2014

dies natalis : 60 tahun GmnI berdiri



60 Tahun GMNI di Bumi Pertiwi
Daniel Jonathan Tito Sigalingging
Komisaris GMNI Fak. Ilmu Budaya - USU

Gerakan Mahasisawa Nasional Indonesia ( GMNI) adalah suatu organisasi mahasiswa yang sudah cukup tua dan ikut serta dalam perjalan sejarah bangsa ini. Organisasi yang lahir pada tanggal 23 April 1954 ini yang juga merupakan peleburan dari tiga organisasi (Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia, Gerakan Mahasiswa Marhaen, Gerakan Mahasiswa Merdeka) di masanya yang dianggap memiliki azas yang sama sudah memasuki usia yang sangat dewasa. Dalam perjalanan sejarah, organisasi ini telah banyak sekali mengalami pasang surut bahkan naik dan terhempas, terutama dimasa peralihan orde lama ke orde baru.
Organisasi yang berazaskan Marhaenisme ajaran bung karno ini sangat sering dihubung-hubungkan dengan PDI-Perjuangan karena yang pertama kebanyakan kader-kader dari GMNI setelah meninggalkan status mahasiswa terjun ke dunia politik dan bergabung ke partai berlambang banteng itu, dan yang kedua sebelum tahun 1969 GMNI sendiri merupakan organisasi underbow PNI yang pada akhirnya berfusi pada partai PDI sehingga hingga sekarang GMNI selalu dikatakan memiliki hubungan dengan PDI-P. Sementara, GMNI sendiri merupakan organisasi  yang Independen dan bergerak pada kekuatan sendiri, sesuai dengan isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi ini.
Mantan Ketua MPR alm.Taufik Kiemas, Gubernur Jawa Timur Dr.H. Soekarwo, dan Presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri adalah tokoh-tokoh Nasional yang merupakan kaderan GMNI yang telah banyak memberikan sumbangsih dan pengaruh terhadap Bangsa ini. Hal ini terjadi karena GMNI yang berhaluan kiri dalam artian non-kooperatif ini sadar bahwa untuk merubah sistem suatu saat kita harus masuk kedalam sistem dan merubahnya sesuai dengan arah sistem yang sesungguhnya. Kader GMNI setelah menjadi alumni sekalipun tidak diwajibkan terjun ke dunia politik Itulah sebabnya mengapa organisasi ini disebut sebagai terminal kader bukan terminal politik.
Mahasiswa Indonesia saat ini yang sudah terjebak dalam kehidupan yang hedon, dan berfikir bahwa Gerakan Mahasiswa sudah kuno, serta terlalu sibuk dalam tugas kuliahnya mulai melupakan salah satu tugasnya untuk mengabdikan diri pada masyarakat sesuai dengan isi tri dharma perguruan tinggi. GMNI yang dewasa ini melihat hal tersebut bukan dengan kata-kata namun dengan tindakan nyata, dimana GMNI bukan hanya organisasi mahasiswa yang ada untuk berdemonstrasi di jalanan namun juga mengabdikan langsung dirinya kepada masyarakat seperti, pengajaran anak jalanan, bakti sosial, bantuan korban bencana alam, dan masih banyak lagi.
GMNI yang merupakan anggota dari kelompok cipayung merupakan satu-satunya organisasi mahasiswa yang bersifat netral atau bukan merupakan organisasi yang berdasarkan suatu golongan atau agama. Hal tersebut dikarenakan organisasi ini sadar bahwa untuk menuju Indonesia yang lebih baik, bukan hanya oleh suatu agama, atau karena kepentingan suatu agama. Rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan golongan harus bersatu untuk menuju ke arah Indonesia yang lebih baik sesuai dengan yang dicita-citakan para Pahlawan. Atas dasar pemikiran itulah GMNI menjadi satu-satunya organisasi di kelompok cipayung yang paling terbuka. Meskipun demikian, dalam perjalanan perjuangan, GMNI dan organisasi cipayung lainnya tetap berjalan beriringan tanpa saling menjatuhkan, karena pada prisnsip dan cita-citanya tetap sama.
Di usianya yang ke-60 ini GMNI mengalami tantangan yang sangat besar yaitu mulai lunturnya jiwa patriotisme dan pemahaman nilai Nasionalisme pada anak bangsa generasi sekarang. Sekarang tugas organisasi ini bukan hanya untuk mempertahankan organisasi ini tetap ada, namun juga memberikan pemahaman kembali dan meperjuangkan kembali nilai-nilai sesungguhnya dari Pancasila 1 Juni yang merupakan ideologi GMNI dan menanamkan kembali jiwa patriotisme dan Nasionalisme pada anak bangsa.
Organisasi yang ikut serta dalam meruntuhkan kekuasaan orde baru di tahun 1998 ini harus mampu memperjuangkan nasib kaum Marhaen sesuai dengan azas organisasinya, serta harus terus berjuang dan memperjuangkan buah pemikiran dari Ir.Soekarno yang merupakan pendiri bangsa ini yang merupakan tokoh yang selalu memotifasi kader GMNI, serta harus mampu melahirkan kader-kader yang lebih mampu berpikir secara radikal dan memiliki jiwa revolusioner, serta berjiwa pemimpin yang bersih yang merupakan abdi rakyat sejati. 
Harapan dalam momentum ulang tahunnya yang ke 60 ini, kader GMNI bukan hanya merayakannya dengan meniup lilin atau memotong tumpeng saja, tetapi bagaimana kader GMNI dapat merefleksikan perjuangan GMNI selama mulai berdiri di bumi pertiwi hingga saat ini, serta bagaimana para kader GMNI tetap memperjuangkan nilai-nilai perjuangan GMNI. GMNI harus bisa menciptakan kegiatan yang kreatif dan inofatif dalam usaha-usahanya menolong kaum marhaen dan tidak berbelok dari koridor perjuangan GMNI. Sebab, kader GMNI sejati bukanlah orang yang miskin, tapi orang yang siap menolong dan memperjuangkan hak orang-orang yang tidak didapatkannya karena suatu sistem, sebab masyarakat sudah rindu melihat GMNI duduk kembali bersama-sama dengan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar