60 Tahun GMNI di Bumi Pertiwi
Daniel Jonathan Tito Sigalingging
Komisaris GMNI Fak. Ilmu Budaya -
USU
Gerakan
Mahasisawa Nasional Indonesia ( GMNI) adalah suatu organisasi mahasiswa yang
sudah cukup tua dan ikut serta dalam perjalan sejarah bangsa ini. Organisasi
yang lahir pada tanggal 23 April 1954 ini yang juga merupakan peleburan dari
tiga organisasi (Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia, Gerakan Mahasiswa
Marhaen, Gerakan Mahasiswa Merdeka) di masanya yang dianggap memiliki azas yang
sama sudah memasuki usia yang sangat dewasa. Dalam perjalanan sejarah,
organisasi ini telah banyak sekali mengalami pasang surut bahkan naik dan
terhempas, terutama dimasa peralihan orde lama ke orde baru.
Organisasi
yang berazaskan Marhaenisme ajaran bung karno ini sangat sering
dihubung-hubungkan dengan PDI-Perjuangan karena yang pertama kebanyakan
kader-kader dari GMNI setelah meninggalkan status mahasiswa terjun ke dunia
politik dan bergabung ke partai berlambang banteng itu, dan yang kedua sebelum
tahun 1969 GMNI sendiri merupakan organisasi underbow PNI yang pada akhirnya
berfusi pada partai PDI sehingga hingga sekarang GMNI selalu dikatakan memiliki
hubungan dengan PDI-P. Sementara, GMNI sendiri merupakan organisasi yang Independen dan bergerak pada kekuatan
sendiri, sesuai dengan isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi
ini.
Mantan
Ketua MPR alm.Taufik Kiemas, Gubernur Jawa Timur Dr.H. Soekarwo, dan Presiden
Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri adalah tokoh-tokoh Nasional yang
merupakan kaderan GMNI yang telah banyak memberikan sumbangsih dan pengaruh
terhadap Bangsa ini. Hal ini terjadi karena GMNI yang berhaluan kiri dalam
artian non-kooperatif ini sadar bahwa untuk merubah sistem suatu saat kita
harus masuk kedalam sistem dan merubahnya sesuai dengan arah sistem yang
sesungguhnya. Kader GMNI setelah menjadi alumni sekalipun tidak diwajibkan
terjun ke dunia politik Itulah sebabnya mengapa organisasi ini disebut sebagai
terminal kader bukan terminal politik.
Mahasiswa
Indonesia saat ini yang sudah terjebak dalam kehidupan yang hedon, dan berfikir bahwa Gerakan
Mahasiswa sudah kuno, serta terlalu sibuk dalam tugas kuliahnya mulai melupakan
salah satu tugasnya untuk mengabdikan diri pada masyarakat sesuai dengan isi
tri dharma perguruan tinggi. GMNI yang dewasa ini melihat hal tersebut bukan
dengan kata-kata namun dengan tindakan nyata, dimana GMNI bukan hanya
organisasi mahasiswa yang ada untuk berdemonstrasi di jalanan namun juga
mengabdikan langsung dirinya kepada masyarakat seperti, pengajaran anak
jalanan, bakti sosial, bantuan korban bencana alam, dan masih banyak lagi.
GMNI
yang merupakan anggota dari kelompok cipayung merupakan satu-satunya organisasi
mahasiswa yang bersifat netral atau bukan merupakan organisasi yang berdasarkan
suatu golongan atau agama. Hal tersebut dikarenakan organisasi ini sadar bahwa
untuk menuju Indonesia yang lebih baik, bukan hanya oleh suatu agama, atau
karena kepentingan suatu agama. Rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku, agama, dan golongan harus bersatu untuk menuju ke arah Indonesia yang
lebih baik sesuai dengan yang dicita-citakan para Pahlawan. Atas dasar
pemikiran itulah GMNI menjadi satu-satunya organisasi di kelompok cipayung yang
paling terbuka. Meskipun demikian, dalam perjalanan perjuangan, GMNI dan
organisasi cipayung lainnya tetap berjalan beriringan tanpa saling menjatuhkan,
karena pada prisnsip dan cita-citanya tetap sama.
Di
usianya yang ke-60 ini GMNI mengalami tantangan yang sangat besar yaitu mulai
lunturnya jiwa patriotisme dan pemahaman nilai Nasionalisme pada anak bangsa
generasi sekarang. Sekarang tugas organisasi ini bukan hanya untuk
mempertahankan organisasi ini tetap ada, namun juga memberikan pemahaman
kembali dan meperjuangkan kembali nilai-nilai sesungguhnya dari Pancasila 1
Juni yang merupakan ideologi GMNI dan menanamkan kembali jiwa patriotisme dan
Nasionalisme pada anak bangsa.
Organisasi
yang ikut serta dalam meruntuhkan kekuasaan orde baru di tahun 1998 ini harus
mampu memperjuangkan nasib kaum Marhaen sesuai dengan azas organisasinya, serta
harus terus berjuang dan memperjuangkan buah pemikiran dari Ir.Soekarno yang
merupakan pendiri bangsa ini yang merupakan tokoh yang selalu memotifasi kader
GMNI, serta harus mampu melahirkan kader-kader yang lebih mampu berpikir secara
radikal dan memiliki jiwa revolusioner, serta berjiwa pemimpin yang bersih yang
merupakan abdi rakyat sejati.
Harapan
dalam momentum ulang tahunnya yang ke 60 ini, kader GMNI bukan hanya
merayakannya dengan meniup lilin atau memotong tumpeng saja, tetapi bagaimana
kader GMNI dapat merefleksikan perjuangan GMNI selama mulai berdiri di bumi
pertiwi hingga saat ini, serta bagaimana para kader GMNI tetap memperjuangkan
nilai-nilai perjuangan GMNI. GMNI harus bisa menciptakan kegiatan yang kreatif
dan inofatif dalam usaha-usahanya menolong kaum marhaen dan tidak berbelok dari
koridor perjuangan GMNI. Sebab, kader GMNI sejati bukanlah orang yang miskin,
tapi orang yang siap menolong dan memperjuangkan hak orang-orang yang tidak
didapatkannya karena suatu sistem, sebab masyarakat sudah rindu melihat GMNI
duduk kembali bersama-sama dengan rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar