Selasa, 30 Juli 2013

Indonesia, ( sulitnya ) kerukunan umat beragama

Indonesia, (sulitnya) kerukunan umat beragama

Baru-baru ini kita mendengar dan melihat berita tentang Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono mendapat penghargaan sebagai salah satu tokoh penjaga kerukunan umat beragama. namun mari kita lihat potret sesungguhnya yang terjadi di Indonesia.

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah sebaimana ditulis dalam berbagai media online telah menutup 17 gereja setelah memenangkan pemilu terkait surat izin yang katanya kitak sah. Hal ini tentu menimbulkan pro dan konta khususnya di kalangan penganut agama muslim dan non-muslim. Pemerintah yang seharusnya pelayan masyarakat kini berubah menjadi penghakim masyarakat dengan dilakukannya penutupan itu. Bukankah seharusnya apabila surat izinnya dikatakan belum sah, maka pemerintah membantunya untuk dijadikan sah, seperti masjid-masjid di aceh yang izin bangunannya dibantu oleh pemerintah. Gubernur Aceh yang memenangi 60% suara dalam pilkada tersebut adalah mantan petinggi GAM, yang berarti dia sudah pernah mengkhianati NKRI, dan bagaimana bisa pengkhianat NKRI menjadi pemimpin suatu bagian di negeri ini. penutupan itu adalah suatu tindakan yg egosentrisme dan tidak tidak bisa dibernarkan, bernegara bangsa harusnya lebih toleran, inklusif, tidak ekslusif seperti itu, ekslusif berarti menolak keberagaman dan intoleran pada dasarnya, serta menghargai yang minoritas bukan malah menindasnya.

Kemudian apabila kita membuka internet dan membuat pencarian "masjid Indonesia ditutup", maka akan tampak disana berbagai berita tentang penutupan, pembongkaran paksa, bahkan pembakaran beberapa masjid, terutama apabila ada diketahui masjid tersebut beraliran Ahmadiyah, padahal masjid tersebut sudah memiliki izin dan sudah cukup lama berdiri.

Lalu ada juga beberapa berita yang sangat mengejutkan, yaitu pernyataan FPI yang terkesan memaksa agak Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama menjadi agama muslim, serta membuat pernyataan yang berisi “Masalah kepemimpinan ini kalau dari tinjauan syariat Islam tentu kyai-kyai itu benar. Jangankan tingkat gunernur atau tingkat presiden, tingkat RT saja tidak boleh kok orang Islam mengangkat orang kafir jadi pemimpin,” tuturnya dari ujung telepon saat diwawancara voa-islam.com. Apa mungkin sebentar lagi FPI akan mengatakan Ketua kelas sekalipun harus muslim?

Pancasila sebagai dasar negara sudah mulai ditinggalkan atau bahkan tidak mau lagi dilihat sama sekali oleh berbagai kalangan. Seharusnya sifat menghargai itu tumbuh dan ditanamkan sejak dini kepala segenap lapisan masyarakat dan ada sifat toleransi dan salaing membutuhkan, seperti yang ada di Solo, ada dua tempat ibadah berbeda keyakina yang hidup rukun. Dua buah bangunan tersebut adalah Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah. Keduanya terletak di Jalan Gatot Subroto no 222, Solo. Tidak ada sekat tembok yang kokoh, atau batas pagar halaman yang tinggi. Satu-satunya penanda atau pemisah bangunan tersebut hanyalah sebuah tugu lilin tua, yang merupakan simbol perdamaian kerukunan umat beragama. Bahkan jamaah kedua tempat ibadah tersebut tak pernah berselisih selama puluhan tahun.
Karena harmonisasi yang baik ini, tak jarang dua rumah ibadah tersebut menjadi rujukan pemuka agama seluruh dunia. Ada yang datang dari Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, juga dari Filipina, Jepang, Vietnam. Berdasarkan buku tamu gereja maupun buku tamu masjid, terlihat siapa saja yang pernah berkunjung. Kedatangan mereka ke Solo adalah untuk melihat secara langsung tentang kerukunan umat beragama di Solo.

by: Daniel Jonathan Tito Sigalingging

Tidak ada komentar:

Posting Komentar