Indonesia, ( sulitnya ) kerukunan umat beragama
Indonesia, (sulitnya) kerukunan umat beragama
Baru-baru ini kita mendengar dan melihat berita tentang Presiden
Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono mendapat penghargaan sebagai salah
satu tokoh penjaga kerukunan umat beragama. namun mari kita lihat potret
sesungguhnya yang terjadi di Indonesia.
Gubernur Aceh, Zaini
Abdullah sebaimana ditulis dalam berbagai media online telah menutup 17
gereja setelah memenangkan pemilu terkait surat izin yang katanya kitak
sah. Hal ini tentu menimbulkan pro dan konta khususnya di kalangan
penganut agama muslim dan non-muslim. Pemerintah yang seharusnya pelayan
masyarakat kini berubah menjadi penghakim masyarakat dengan
dilakukannya penutupan itu. Bukankah seharusnya apabila surat izinnya
dikatakan belum sah, maka pemerintah membantunya untuk dijadikan sah,
seperti masjid-masjid di aceh yang izin bangunannya dibantu oleh
pemerintah. Gubernur Aceh yang memenangi 60% suara dalam pilkada
tersebut adalah mantan petinggi GAM, yang berarti dia sudah pernah
mengkhianati NKRI, dan bagaimana bisa pengkhianat NKRI menjadi pemimpin
suatu bagian di negeri ini. penutupan itu adalah suatu tindakan yg
egosentrisme dan tidak tidak bisa dibernarkan, bernegara bangsa harusnya
lebih toleran, inklusif, tidak ekslusif seperti itu, ekslusif berarti
menolak keberagaman dan intoleran pada dasarnya, serta menghargai yang
minoritas bukan malah menindasnya.
Kemudian apabila kita
membuka internet dan membuat pencarian "masjid Indonesia ditutup", maka
akan tampak disana berbagai berita tentang penutupan, pembongkaran
paksa, bahkan pembakaran beberapa masjid, terutama apabila ada diketahui
masjid tersebut beraliran Ahmadiyah, padahal masjid tersebut sudah
memiliki izin dan sudah cukup lama berdiri.
Lalu ada juga
beberapa berita yang sangat mengejutkan, yaitu pernyataan FPI yang
terkesan memaksa agak Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama
menjadi agama muslim, serta membuat pernyataan yang berisi “Masalah
kepemimpinan ini kalau dari tinjauan syariat Islam tentu kyai-kyai itu
benar. Jangankan tingkat gunernur atau tingkat presiden, tingkat RT saja
tidak boleh kok orang Islam mengangkat orang kafir jadi pemimpin,”
tuturnya dari ujung telepon saat diwawancara voa-islam.com. Apa mungkin
sebentar lagi FPI akan mengatakan Ketua kelas sekalipun harus muslim?
Pancasila sebagai dasar negara sudah mulai ditinggalkan atau bahkan
tidak mau lagi dilihat sama sekali oleh berbagai kalangan. Seharusnya
sifat menghargai itu tumbuh dan ditanamkan sejak dini kepala segenap
lapisan masyarakat dan ada sifat toleransi dan salaing membutuhkan,
seperti yang ada di Solo, ada dua tempat ibadah berbeda keyakina yang
hidup rukun. Dua buah bangunan tersebut adalah Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah. Keduanya terletak di Jalan Gatot
Subroto no 222, Solo. Tidak ada sekat tembok yang kokoh, atau batas
pagar halaman yang tinggi. Satu-satunya penanda atau pemisah bangunan
tersebut hanyalah sebuah tugu lilin tua, yang merupakan simbol
perdamaian kerukunan umat beragama. Bahkan jamaah kedua tempat ibadah
tersebut tak pernah berselisih selama puluhan tahun.
Karena
harmonisasi yang baik ini, tak jarang dua rumah ibadah tersebut menjadi
rujukan pemuka agama seluruh dunia. Ada yang datang dari Singapura,
Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, juga dari Filipina,
Jepang, Vietnam. Berdasarkan buku tamu gereja maupun buku tamu masjid,
terlihat siapa saja yang pernah berkunjung. Kedatangan mereka ke Solo
adalah untuk melihat secara langsung tentang kerukunan umat beragama di
Solo.
by: Daniel Jonathan Tito Sigalingging
Tidak ada komentar:
Posting Komentar