Selasa, 16 Juli 2013

Tahu Brandan Bumi Hangus


Berandan Bumi  Hangus
Hampir di seluruh masyarakat apabila ada pertanyaan kota mana yang pernah di bakar pada masa perjuangan?  Ya, pasti jawaban masyarakat di atas 90 persen menjawab kota Bandung. Hanya sedikit dari mereka yang berkata tidak tahu, atau bahkan menjawab kota lain, atau mungkin tidak ada dari mereka yang menjawab Pangkalan Berandan.

Bagi orang Sumatera Utara, bila dikatakan Pangkalan Berandan, yang terbayang di benak mereka pastilah Minyak. Ya, memang benar pangkalan berandan dan minyak tidak bisa dipisahkan. Namun tahukah kita adanya sejarah yang tersembunyi di balik itu semua, peristiwa berdarah, peristiwa mengenaskan yang terjadi pada tanggal 13 Agustus 1947 tersebut?
Pangkalan berandan yang merupakan kota tempat berdirinya Pertamina pertama di Indonesia sungguh memang pernah di bumi hanguskan. Berbeda dengan Bandung yang dibakar hanya gedung-gedung penting serta beberapa hotel saja, namun pangkalan berandan, dibumi hanguskan, atau lebih tepatnya diledakkan.
Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh diketahuinya para tentara bahwa Belanda berniat menguasai Kota minyak tersebut. Maka muncullah semboyan lebih baik hangus terbakar, daripada mereka yang menguasai. Maka mulailah para tentara dan rakyat mengatur strategi untuk membumihanguskan pangkalan berandan. Semula, banyak sekali rakyat bahkan petinggi tentara saat itu yang tidak setuju dengan tindakan ini, namun daripada kembali dijajah, lebih baik usir sebelum dijajah. Maka bulatlah tekat seluruh rakyat untuk hanya membumihanguskan kawasan pertambangan minyak pertamina saja, hanya 1 kalangan yg tidak setuju yaitu mereka para masyarakat tionghoa yg tinggal di pangkalanberandan.
Tiga hati sebelum pertamina diledakkan, seluruh rakyat sudah diungsikan, hingga berandan persis seperti kota mati. Namun, para orang-orang tionghoa tidak mau mengungsi dan memilih tetap tinggal di berandan. Hingga saat itu pula para tentara-tentara belanda tidak tau dengan niat tentara untuk meledakkan pertambangan minyak tersebut.
Subuh, tepat pada tanggal 13 agustus 1947 pada saat tentara yang berada di perbatasan memberitahu belanda sudah dekat, maka dibakarlah jembatan pelawi yang memisahkan pangkalanberandan dengan gebang, menandai perjuangan dimulai. Maka diledakkanlah tangki-tangki minyak yang berisi ratusanribu liter minyak mentah, membuat subuh yang masih redup tampak sangat terang, dentuman keras pun terdengar berkali-kali. Tambang minyak berhasil dibumi hanguskan, dengan keadaan kota yang saat itu sangat-sangat sepi, hanya tentara yang menjadi saksi tambang minyak tidak lagi jaya.
Para tentara yang mengetahui akan ada serangan udara dari Belanda, diperintahkan untuk segera membakar keseluruhan kota pangkalan berandan. Para tentara yang hanya mengikuti perintah komandan, segera masuk ke kota, meminta agar para orang-orang tionghoa mengungsi segera. Namun, ketika para tentara masuk ke rumah-rumah mereka, para tentara menemukan bendera Belanda di simpan di rumah mereka, dan langsung memberi laporan kepada pimpinan mereka. Maka pada saat itu juga, para tentara diberi perintah membakar habis seisi kota pangkalan berandan beserta orang-orang tionghoa pengkhianat itu. Maka saat itu juga kobaran api kelihatan, asap mengepul di angkasa, seluruh kota pangkalan berandan dilalap sijago merah, bahkan tidak sedikit dari mereka para tentara yang ikut terpanggang bersama api perjuangan tersebut.
Butuh waktu yang sangat panjang untuk memulihkan kembali kota pangkalan berandan menjadi seperti dulu atau bahkan kembali mendapatkan kejayaannya. Maka, hingga kini setiap tanggal 13 Agustus di kota pangkalan berandan selalu dilaksanakan berbagai acara dan perlombaan seperti napak tilas, serta mengundang para veteran dan para pejabat negara untuk memberikan tanda kasih kepada para veteran. Namun, bukan itu yang sesungguh dibutuhkan para veteran, tapi mereka ingin agar kota itu dapat menjadi benar-benar jaya kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar