TAROMBO NI
RAJA SITANGGANG
Pomparan ni si Raja Naimbataton
PARNA adalah singkatan dari Parsadaan Nai Ambaton
(lazim juga disebut sebagai Pomparan ni si Raja Naiambaton) yaitu kumpulan
marga yang merupakan keturunan dari Nai Ambaton.
Siapakah Nai Ambaton ini? Untuk mengetahuinya mari kita melihat ke sejarah mula-mula Si Raja Batak.Si Raja Batak memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Guru Tateabulan memiliki 5 anak laki-laki dan juga 3 anak perempuan, yaitu Siboru Pareme, Siboru Anting Sabungan, Siboru Biding Laut. Raja Isumbaon memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang.
Tuan Sorimangaraja kemudian memperistri 3 orang, yaitu:Siapakah Nai Ambaton ini? Untuk mengetahuinya mari kita melihat ke sejarah mula-mula Si Raja Batak.Si Raja Batak memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Guru Tateabulan memiliki 5 anak laki-laki dan juga 3 anak perempuan, yaitu Siboru Pareme, Siboru Anting Sabungan, Siboru Biding Laut. Raja Isumbaon memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang.
1) Siboru Anting Sabungan (disebut juga Siboru Paromas)
2) Siboru Biding Laut, adik Siboru Anting Sabungan
3) Siboru Sanggul Haomasan
Anak pertama Tuan Sorimangaraja dari Siboru Anting Sabungan dinamai Si Ambaton atau Tuan Sorbadijulu. Dari sinilah nama Nai Ambaton berasal (nai = ibu, Ambaton = nama anaknya, Nai Ambaton = ibunya si Ambaton). Konon Nai Ambaton ini berpesan kepada anaknya Si Ambaton untuk menjaga persatuan keturunannya.
“Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”. Kalimat ini sulit diterjemahkan secara tepat dalam bahasa Indonesia tetapi kira-kira maksudnya adalah bahwa semua keturunan Raja Naiambaton adalah satu putra-satu putri (dianggap sebagai satu saudara). Begitu eratnya persaudaraan itu seolah-olah antar kakak dan adik kandung, meskipun hubungan darahnya sudah jauh.
Karena dianggap sebagai satu saudara, putra-putri keturunan Nai Ambaton tidak boleh menikah satu dengan yang lain. Hingga hari ini, terasa canggung bahkan tabu untuk saling mengawini di dalam marga-marga Parna. Jika sampai ada yang menikah, bisa dipastikan pasangan ini akan menjadi bahan gunjingan dan cercaan. Kerap kali mereka dikucilkan –atau mengucilkan diri– dari acara-acara adat.
Untuk mencegah perasaan senang telanjur timbul di antara dua muda-mudi yang pantang saling menikahi, disarankan untuk menanyakan marga segera setelah berkenalan. Menanyakan marga dan kampung asal ini merupakan satu topik “ice breaking” yang baku dalam percakapan dua orang Batak, baik sesama maupun lawan jenis. Semacam ritual untuk “positioning” atau “alignment.”
Terkadang salah satu pihak menggunakan sub marga yang tidak umum dikenal sehingga tidak diketahui bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan. Teman, orang tua atau kerabat yang mengetahui hal ini berkewajiban untuk segera memberitahukan. Karena sudah menjadi norma yang dipahami bersama, orang yang ditegur pun tidak boleh marah kepada yang menegur.
Marga-marga Parna dibagi menjadi 4 kelompok besar:
A. Dari Simbolon Tua:
1. Simbolon
2. Tinambunan
3. Tumanggor
4. Maharaja
5. Turutan
6. Pinayungan
7. Nahampun
B. Dari Tamba Tua
8. Tamba
9. Siallagan
10. Sidabutar
11. Sijabat
12. Siadari
13. Sidabalok (no 10 s.d. no 13 disebut Si Opat Ama)
14. Rumahorbo
15. Rea
16. Napitu
17. Siambaton
C. Dari Saragi Tua
18. Saragi
19. Saragih
20. Simalango
21. Saing
22. Simarmata
23. Nadeak
24. Basirun
25. Bolahan
26. Akarbejadi
27. Kaban
28. Garingging
29. Jurung
30. Telun
D. Dari Munte Tua
31. Munte
32. Sitanggang
33. Sigalingging
34. Siallagan
35. Manihuruk
36. Sidauruk
37. Turnip
38. Sitio
39. Tendang
40. Banuarea
41. Gaja
42. Berasa
43. Beringin
44. Boangmanalu
45. Bancin
Catatan: saya tidak sepakat kalau Sitio diletakkan di rumpun Munte Tua karena Rumahorbo-Napitu-Sitio adalah satu saudara sehingga semestinya Sitio berada di kelompok yang sama dengan Rumahorbo dan Napitu, yaitu sebagai bagian dari Tamba Tua.
Di sumber yang lain, disebutkan bahwa marga-marga Parna berjumlah 70 marga. Berikut adalah daftarnya (sebanyak 68 marga saja, yang lainnya belum diketahui) yang disusun secara alfabetikal, bukan berdasarkan urut-urutan kesenioran.
1. Bancin (Sigalingging)
2. Banurea (Sigalingging)
3. Boangmenalu (Sigalingging)
4. Brampu (Sigalingging)
5. Brasa (Sigalingging)
6. Bringin (Sigalingging)
7. Gaja (Sigalingging)
8. Dalimunthe
9. Garingging (Sigalingging)
10. Ginting Baho
11. Ginting Capa
12. Ginting Beras
13. Ginting Guruputih
14. Ginting Jadibata
15. Ginting Jawak
16. Ginting Manik
17. Ginting Munthe
18. Ginting Pase
19. Ginting Sinisuka
20. Ginting Sugihen
21. Ginting Tumangger
22. Haro
23. Kaban
24. Kombih (Sigalingging)
25. Maharaja
26. Manik Kecupak (Sigalingging)
27. Munte
28. Nadeak (di pa lao)
29. Nahampun
30. Napitu
31. Pasi
32. Pinayungan (Sigalingging)
33. Rumahorbo
34. Saing
35. Saraan (Sigalingging)
36. Saragih Dajawak
37. Saragih Damunte
38. Saragih Dasalak
39. Saragih Sumbayak
40. Saragih Siadari
41. Siallagan
42. Siambaton
43. Sidabalok
44. Sidabungke
45. Sidabutar
46. Saragih Sidauruk
47. Saragih Garingging
48. Saragih Sijabat
49. Simalango
50. Simanihuruk
51. Simarmata
52. Simbolon Altong
53. Simbolon Hapotan
54. Simbolon Pande
55. Simbolon Panihai
56. Simbolon Suhut Nihuta
57. Simbolon Tuan
58. Sitanggang Bau
59. Sitanggang Gusar
60. Sitanggang Lipan
61. Sitanggang Silo
62. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 (Sigalingging)
63. Sitio
64. Tamba
65. Tinambunan
66. Tumanggor
67. Turnip
68. Turuten
TAROMBO NI
RAJA SITANGGANG
1. RAJA SORIMANGARAJA
v Raja Sorimangara mempunyai 3 ( Tiga ) Orang anak yaitu
:
1. Raja Asi – asi
2. Raja Isumbaon
3. Guru Tatea Bulan
v Raja Isumbaon mempunyai 3 ( Tiga ) Orang anak yaitu :
- Tuan Sorbadijulu
- Tuan Sorbadijae
- Tuan Sorbadibanua
v Tuan Sorbadijulu mempunyai 1 ( Satu ) Orang anak yaitu
Datu Sindar Mataniari/ Suliraja/Raja Naiambaton
v Anak dari dari Datu Sindar Mataniari/ Suliraja/ Raja
Naiambaton ada 4 ( Empat ) yaitu :
- Anak dari Isteri Pertama ( I ) yaitu :
1)
|

2) Guru So Dundangon
3) Raja Sitempang/ Raja Natanggang
- Anak dari Isteri kedua ( II ) yaitu :
1) Raja Nabolon
Raja
Sitempang/ Raja Natanggang mempunyai kehidupan yang unik, banyak versi Legenda
yang dapat didengar secara turun temurun dari mulut kemulut. Lahir dalam
keadaan cacat, dimana kedua kakinya dempet dengan berjalan hanya tujuh ( 7 )
Jari. Untuk menghilangkan rasa malu dari Orang Tuanya dia diasingkan disuatu
Pondok dekat tala – tala di Huta Pusuk Buhi. Pada waktu yang sama ada seorang
wanita yang juga diasingkan oleh Orang Tuanya, Silahisabungan bernama Siboru
Marihan. Siboru Marihan dengan wajah dan tubuh Manusia tetapi kakinya seperti
seekor ikan (seperti Putri Duyung). Itulah sebabnya Dia diasingkan dari
keluarganya dan dimasukkan ke tala-tala oleh Orang Tuanya Silahisabungan dengan
harapan kalu Dia manusia akan mati, tetapi kalau Dia Ikan Dia akan hidup,
ternyata Dia hidup, tetapi Dia bukanlah Ikan. Tapi memang aneh bila Dia bukan
Manusia mengapa Dia dapat hidup di dalam air ? hal ini lah yang membuat Orang
Tuanya menjadi heran dan merasa takut dan Dia diasingkan ke suatu Pondok dekat
tala-tala dihuta Pusuk buhit. Kedua orang ini akhirnya bertemu dan menikah
setelah melalui proses yang ajaib dan melahirkan seorang anak yang bernama Raja
Hatorusan. Tetapi sebelum menikah mereka membuat suatu janji ataupun padan agar
Raja Natanggang berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapapun bahwa Dia
adalah Manusia Ikan. Tetapi ternyata janji ini dilanggar oleh Raja Natanggang
yang mengakibatkan mereka serta anaknya berpisah dan tidak pernah bertemu lagi.
Raja Hatorusan keluar darii daerah Sianjur Mula mula.
Salah satu
mitos yang berkembang sampai saat ini adalah meletusnya gunung Toba yang
menghasilkan Danau Toba dan Gunung Pusuk Buhit sekarang, adalah akibat
pengingkaran Janji oleh Raja Sitempang/ Raja Natanggang. Raja Sitempang selamat
dari bencana alam dan dalam perjalanannya ( Pengembaraannya ) suatu ketika
bermimpi dimana ia disuruh pergi ke suatu daerah dimana banyak tumbuh rumput
yang bernama samo-samo ( Samo-samo adalah rumput makanan ternak (Kerbau).
Akhirnya sampai di daerah Tanjung Bunga sekarang, tergelincir dan yang membuat
kakinya yang dempet menjadi terpisah. Akan tetapi lain halnya cerita lain yang
mengatakan karena senangnya setelah sampai di daerah samo-samo tersebut karena
melihat samo-samo yang sir-sir, Ia menari-nari dengan melompat-lompat dengan kakinya
yang dempet dan seketika itu pula kakinya terpisah dan Ia menjadi manusia
normal kembali kemudian membangun rumahnya di daerah itu. Konon menurut
hikayatnya daerah itu kemudian dinamai SAMOSIR, karena di daerah samo-samo
tersebut semua sir-sir (sirsir artinya semua tersedia). Oleh karena itu, asal
kata samosir adalah dari kata samo samo na sirsir.
Setelah Raja
Sitempang tinggal menetap mempunyai huta ( di Pangururan sekarang ), dia
menikah dengan Boru Porti Mataniari, dan kemudian lahirlah anaknya yang
diberi nama RAJA NATANGGANG ( RAJA PANGURURAN ). Raja Sitempang/
Raja Natanggang mewariskan kerajaannya kepada anaknya Raja Natanggang yang
dikenal dengan nama Raja Pangururan.
Raja
Panungkunan dikenal juga dengan nama Raja Tanjabau yang kemudian dikenal dengan
nama Sitanggang Bau, mempunyai 2 ( dua ) orang anak yaitu :
1. Raja
sitempang ( kembali mengambil nama Oppungnya )
2. Raja Tinita
Raja Sitempang I kemudian mengangkat anak yang tadinya marga Sijabat dan
diberi nama Gusar, marga ini kemudian dikenal dengan Nama Sitanggang Gusar.
Raja
Pangadatan mempunyai 3 ( Tiga ) Orang anak yaitu :
1. Raja
Sitanggang Lipan
2. Raja
Sitanggang Upar
3. Raja
Sitanggang Silo
Raja Sitanggang Silo mempunyai 3 (
Tiga ) orang anak yaitu :
1. Mangilang
Bosi/ Silo
2. Sitabi Dalan/
Simanihuruk dan
3. Salapsap
Bosi/ Sidauruk
Raja Pangulu Oloan mempunyai 1 (
Satu ) orang ank yang bernama : Sigalingging
- IPAR – IPAR NI PARTUBU
Raja
Sitanggang/ Raja Pangururan adalah anak dari Raja Sitempang/ Raja Natanggang,
dan Raja Simbolon adalah anak dari Raja Nabolon. Keberadaan Raja Sitempang/
Raja Natanggang sejak awal sudah bermasalah dan Ia diasingkan Orang Tuanya Ke
Tala – tala Pusuk Buhit dan dianggap tidak ada lagi. Tetapi ternyata dikemudian
hari Ia muncul dan dalam keadaan Normal yang membuat suatu kenyataan yang sulit
diterima oleh akal sehat. Pada hal; selama Raja Sitempang/ Raja Natanggang
berada dipengasingan Raja Simbolon sudah sempat dianggap siangkangan, sehingga
status siapa siangkangan menjadi rumit ditentukan karena Raja Simbolon sudah
terlebih dahulu menikah dengan boru siangkangan dari Naibaho dimana kemudian
Raja Sitanggang / Raja Pangururan menikah dengan boru Naibaho adik dari Isteri
Raja Simbolon.
Tona dari
Raja Naiambaton : “ Di Hamu sude pinomparhu na mamungka huta di Desa
naualu di Tano Sumba, di na manjunjung baringin ni Raja Isumabon. Partomuan ni
aek Partomuan ni hosa. Mula ni jolma sorang. Asa tonahonma tonangkon tu ganup
pinomparmu ro di marsundut-sundut, asa sisada anak, sisada boru hamu sisad
lungun, sisada siriaon, naunang, natongka, naso jadi marsibuatan hamu pinompar
muna manjunjung goarhu Si Raja Nai Ambaton Tuan Sorba di Julu Raja Bolon.
Asa ise hamu
di pomparhu namangalaosi tonangkon, tu hamuma I sitabaon, tu tao ma I
sinongnongon, tu harangan mai situtungon”.
Khusus untuk Raja Sitanggang dan Simbolon di PADAN hon sebagai berikut : Di
Ho ale Pimomparhu Raja Na Tanggang gelar Raja Pangururan na Manean huta ni
Daompung si Raja Isumbaon dohot ho ale Raja Nabolon namanean goarhu Raja Bolon
Sian Tano Sumba Pangurura, asa tonahonon muna tonakon tu saluhut siminithu/
Pinomparhu rodi marsundut-sundut di desa na ualu di Tano Batak. Asa rap siahaan
mahamu rap sianggian; rap di jolo rap si Raja Baung di Pomparan ni Si Raja
Naiambaton.
Asa tonahononhu ma tu saluhut Raja Adat, Raja Bius, suang songoni tu angka
Raja Parbaringin, Datu Bolon dohot Si Baso Bolon di Tano Sumba asa rap Siahaan
ma hamuna du diparadaton, dipartuturan siapari, di tarombo, dihorja adat.
Di Parjambaran ni horbo bius dohot adat, dipanjambaran Adat Dalihan Natolu
asa sahali manjou ma goarmu na, du hali manggora dohot tangan na dua na
martaripar, Natanggang-Nabolon, Nabolon-Natanggang. Asa ruhut ni panjouon di
ulaon adat, IPAR IPAR ni Partubu nami Raja Nabolon; songoni ma nang Raja
Nabolon manjou IPAR-IPAR ni Partubu nami Raja Natanggang. Asa ruhut
dipartuturon siapari, na parjolo tubuma siahaan, parpudi tubu sianggian.
Molo so diingot ho hata nidok ima namanggose, molo lupa di tona ima na
manguba. Asa ho ale Raja Nabolon-Raja Natanggang asa tonahononmuna ma
tupinomparmu asa unang adong namangose namanguba tonangki.
NAIBAHO juga akhirnya turun tangan untuk mengatasi kemelut
bere/ helanya dan mengatakan :
“Di
Berengku Sitanggang-Simbolon, Di Helangku Simbolon-Sitanggang, Tonahon hamu ma
tonangkon tu saluhut Pinomparmu rodi marsundut – sundut di Tano Batak dohot tu
sude na adong di desa na ualu. Asap rap siahaan ma hamu rap sianggian. Rap
Rajai jolo, rap Raja i pudi.
Ditonga –
tonga ni Raja Adat, Raja Bius Suang songoni dohot dijolo ni angka Raja
Parbaringin datu bolon dohot Sibaso Bolon, Siada Tulang mahamu, hami namarbere,
di Namarsimatua hamu hami namarhela.
Asa rap
siahaan mahamu rap sianggian di Paradaton, di Partuturan siapari ditarombo
dohot diadat.
Asa Molo
panjouan ni Adat Dlihan Natolu, sahali manggorahon ma Goarmu nadua dohot dua
tangan na mar taripar “Na Tanggang-Na Bolon” {SITANGGANG-SIMBOLON}. Panjouan di adat, IPAR IPAR NI PARTUBU MA HAMU,
HOMBAR TU PARTUBU MU DOHOT DI PANGOLIANMU.
Asa molo di
ose hamu on sega ma hamu jala molo diingot hamu on, na gabe ma hamu, rodi di
Pinompar mu saluhut saur matua.
On ma bangun
bangunan di hamu helangku, borungku na dua :
“MARNINI
MARNONO OMPU SANGGAR NIHUTA,
MARANAK
MARBORU SITANGGANG-SIMBOLON NA SADA
ALAI DUA,
GABE JALA HORAS SAHAT TU NA SAUR MATUA,
SONGON I DI
AMANA DOHOT PINOMPARNA, NA TANGI DIPADAN DOHOT HATA NI NATUA TUA”.
Secara Khusus akhirnya Sitanggang dan Simbolon membuat komitment/
pati-patian sebagai berikut :
Songgar tolong baringin jabi-jabi
Sitanggang Simbolon sisada urdot
sisada tahi
Dengke ni Sabulan tonggi jala tabo
Manang ise si ose padan, turipur na
tumagona
Apabila diterjemahkan secara bebas
arti dari TONA – PESAN tersebut adalah :
Sitanggang – Simbolon sama-sama si
Abangan sama-sama siadikan.
Dalam acara Adat Pemanggilan dari
Sitanggang dan Simbolon adalah IPAR-IPAR ni Partubu.
Penyerahan Jambar diserahkan
bersamaan dengan memanggil keduanya Sitanggang dan Simbolon dan dengan
menyilangkan tangan.
3. SITANGGANG
BUKAN ANAK DARI MUNTHE
Diatas telah diuraikan bahwa Sitanggang adalah keturunan dari Raja
Sitempang/ Raja Natanggang, Sitanggang bukanlah anak dari Munthe sebagaimana
telah ditulis oleh beberapa penulis Tarombo yang dimulai dengan Tulisan W. M.
Hutagalung tahun 1926 (POESTAHA taringot toe tarombo ni Bangso Batak na
Pinatoere ni W. M. Hoetagaloeng-rongkoman I-1926). Tulisan ini dipakai beberapa
Penulis sebagai Refrensi. Tulisan ini memang belum pernah dibantah oleh
Keturunan Marga Sitanggang, inilah saatnya untuk meluruskan Tarombo tersebut
sekaligus menyatakan bahwa apa yang ditulis oleh Hutagalung tersebut dan
kemudian oleh penulis berikutnya pun tetap salah. Perlu diketahui bahwa W. M.
Hutagalung pada waktu menulis Tarombo tersebut adalah ASISTEN DEMANG DI
PANGURURAN, yang seharusnya tahu persis bahwa Marga Munthe tidak ada di
Pangururan, maka kesimpulannya bahwa apa yang telah ditulis oleh W. M.
Hutagalung tentang Tarombo ni Marga Sitanggang yang berasal dari Marga Munthe
adalah Bualan Belaka atau Karangan yang mengada-ada tampa Bukti Kuat.
Sebagai
Fakta yang menguatkan bahwa Sitanggang adalah keturunan Raja Sitempang/ Raja
Natanggang anak dari Datu Sindar Mataniari/ Suli Raja/ Raja Nai Ambaton adalah
:
a. Raja
Natanggang/ Raja Pangururan
Nama Raja Natanggang yang juga
disebut Raja Pangururan, perobahan nama ini adalah karena setelah huta yang
dibangun Raja Sitempang berkembang, banyak orang yang datang berdagang dan
keperluan lainnyake huta tersebut.
Raja Sitempang membangun PARTUNGKOAN
yaitu tempat berkumpul layaknya seperti kedai atau Lapo saat ini. Lapo ini juga
berfungsi sebagai tempat berjudi. Menurut cerita, tak pernah pendatang menang
berjudi di Partongkoan ini, sehingga menjadi buah bibir setiap pengunjung dan
menyatakan tempat itu PANG-URUR-AN, karena setiap berkunjung ke tempat itu
selalu mang – urur – i, selalu kehabisan uang atau kekurangan Uang,
kadang-kadang pulang hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya saja. Dan
Akhirnya Raja Sitempang/ Raja Natanggang mewariskan Kerajaanya pada Anaknya
Raja Natanggang, jadilah Raja Natanggang pemilik partongkoan tersebut diberi
gelar nama menjadi RAJA PANGURURAN, yang punya Huta dan tentu saja yang menjadi
Raja Huta.
b. Bius Sitolu
Hae Horbo
Bius Pangururan disebut Bius Sitolu
Tali yang kemudian berubah nama menjadi Bius Sitolu Hae Horbo. Disebut Tolu Hae
karena yang memiliki harajaon adalah tiga Marga yaitu : Sitanggang, Simbolon
dan Naibaho. Apabila ada acara, maka masing-masing marga ini dapat sakhae dari
kerbau yang disembelih. Konon katanya, hae keempat ditanam dibatu mamak.
Kemudian dalam perkembangannya hae keempat diberikan kepada pargonsi.
Ternyata marga Munthe tidak mempunyai atau tidak memiliki bius di Pangururan (
Bius Munthe tidaka ada di Pangururan ).
c. Aek
Parsuangan
Di salah satu sisi di Gunung Pusuk
Buhit, ada 3 (Tiga) mata air yang disebut Aek Parsuangan. Pemilik dan nama mata
air itu berturut-turut dari atas kebawah adalah : Naibaho, Sitanggang dan
Simbolon.
4. TAROMBO NI
RAJA SITANGGANG DI DALAM BAGAN
Raja Natanggang/ Raja Pangururan
mempunyai 3 (Tiga ) orang anak, yaitu :
1. Raja
Panungkunan
2. Raja
Pangadatan
3. Raja
Panghulu Oloan
5. Penomoran
Pendekatan penomoran dapat dengan
dua cara yaitu :
1. Menurut
Generasi
2. menurut pada
yang menurunkannya.
6. Panjouan di
Ulaon
1) Ulaon Raja
Sitempang ( Raja Sitanggang Bau )
Dipanggil pertama Raja Tinita,
kemudian Sitanggang Gusar, setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Lipan,
Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sidauruk dan Sigalingging.
2) Ulaon di
Raja Tinita
Dipanggil Pertama Sitanggang Bau
Raja Sitempang, kemudian Sitanggang Gusar. Setelah itu dilanjutkan memanggil
Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sidauruk dan
Sigalingging.
3) Ulaon di
Sitanggang Gusar
Dipanggil pertama Sitanggang Bau
Raja Sitempang, kemudian Raja Tinita, setelah itu dilanjutkan memanggil
Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sidauruk dan
Sigalingging.
4) Ulaon di
Raja Sitanggang Lipan
Dipanggil pertama Sitanggang Lipan,
Sitanggang Silo, Simanihuruk dan Sidauruk. Setelah itu dilanjutkan memanggil
Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
5) Ulaon di
Raja Sitanggang Upar
Dipanggil pertama Sitanggang Lipan,
Sitanggang Silo, Simanihuruk dan Sidauruk. Setelah itu dilanjutkan memanggil
Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
6) Ulaon di
Raja Sitanggang Silo
Dipanggil pertama Simanihuruk,
Sidauruk, Sitanggang Lipan dan Sitanggang Upar. Setelah itu dilanjutkan
memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan
Sigalingging.
7) Ulaon di
Raja Simanihuruk
Dipanggil pertama Sitanggang Silo,
Sidauruk, Sitanggang Lipan dan Sitanggang Upar. Setelah itu dilanjutkan
memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan
Sigalingging.
8) Ulaon di
Raja Sidauruk
Dipanggil pertama Sitanggang Silo,
Simanihuruk, Sitanggang Lipan, dan Sitanggang Upar. Setelah itu dilanjutkan
memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan
Sigalingging.
9) Ulaon di
Raja Sigalingging
Dipanggil pertama Sitanggang Bau
Raja Sitempang, Raja Tinita dan Sitanggang Gusar. Setelah itu dilanjutkan
memanggil Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk dan
Sidauruk.
- Raja Parhata/ Parsinabul
Molo ulaon
dihahana, anggina parsinabul. Itu adalah prinsip yang baku disemua marga. Untuk
marga Sitanggang perlu ada Fleksibilitas tingkat sisada ulaon, apalagi namaralaman.
Raja Panungkunan, Raja Pangadatan
dan Raja Pangulu Oloan adalah marhaha maranggi sehingga salah satu diantara
merekalah gantian yang menjadi parsinabul.
Dibeberapa tempat yang populasinya
sudah cukup besar, sesama Raja Panungkunan atau sesama Raja Pangadatan atau
sesama Raja Pangulu Oloan sudah boleh menjadi Parsinabul. Bahkan ke tingkat
yang lebih rendah seperti yang terlaksana di BONA PASOGIT.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHoras...
BalasHapusSaya Op.Gabriel sitanggang pomparan ni Raja langit sian Raja buhit anakni Raja sitanggang lipan
umur 69 Tahun
alamat. Barisan sinaga.desa lau molgap.kec tigalingga.kab dairi sidikalang prov.sumut
menurut yang saya tahu dan yang saya dengar dari orang Tua terdahulu
Bahwa Raja sitempang(Op.Raja pangururan)
Mempunyai 2 anak yaitu:
1.Raja sitanggang(Tanjabau)
2.Raja sigalingging (Raja pangulu Oloan)
Raja sitanggang(Tanjabau) mempunyai 2 anak yaitu:
1.Sitanggang Bau (Raja Panungkunan)
2.Raja pangadatan
Raja pangadatan mempunyai 3 Anak yaitu:
1.Raja lipan
2.Raja upar
3.Raja silo
Jadi menurut saya Anak Raja Sitempang(Op.Raja pangururan)
Tidak Ber anak 3 (tiga)
Tapi ber anak 2 (dua)
Tarombo ini lah yang saya tahu dari Orang Tua terdahulu.
Mauliate Horas..!
Mauliate godang hupasat hami tu hamu natuatua di penjelasan on. Horas.
Hapushttp://b-bolon.blogspot.com
Santabi jo amang na punasa blog on,ai marga aha do hamu?
BalasHapusSantabi ma hudok sahali nai tu hamu.tanda tanya do au di tarombo na ibaen hamuon dohot dipenjelasan munaon.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Dikoreksi ateh sotung menimbulkan polemik
BalasHapusDang adong sejarah na sitanggang gabe anak ni simunte
Sotung nongnong annon na apuna blok on
Tolong dikoreksi
Di artikel memang tidak ada dikatakan bahwa sitanggang adalah anak dari munthe
HapusBerarti sayang do Sitanggang tu Hami Sijabat ate
BalasHapusVero sitanggang : iy ito mana ada sejarah sitanggang gabe anak ni simunte
BalasHapusAllang ma gadong i...sitanggang didokhon ho sian munthe tua
BalasHapusRaja sitelpang,simbolon tua,saragi tua,tamba tua,munte tua.didia ma huta ni munthe tua di samosir??Asal dipadok ho do parbinotoanmi.
BalasHapusHuhilala versi ni pamola mola do na mambahen tarombo i. Ikkon ma nian jolo sinukkun sitanggang asa di expose.
HapusPadenggan jolo postinganmon, atik sian dia ho marguru..dia dibahen ho Raja Sitelpang gabe dibahen ho anak ni si munthe tua...allang ma gadongi godang godang
BalasHapusAi memang na gadongon do na mambahen tarom o i ate. Dang adong toho ni i umbahen sitanggang gabe gelleng ni munte.
BalasHapusLink sigalingging ini bisa dipakai juga sebagai tambahan guna melengkapi, yg didalamnya ada struktur silsilah.
BalasHapushttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Sigalingging