Selasa, 16 Juli 2013

Tahu Tarombo Ni Raja Sitanggang


TAROMBO NI RAJA SITANGGANG

Pomparan ni si Raja Naimbataton
PARNA adalah singkatan dari Parsadaan Nai Ambaton (lazim juga disebut sebagai Pomparan ni si Raja Naiambaton) yaitu kumpulan marga yang merupakan keturunan dari Nai Ambaton.
Siapakah Nai Ambaton ini? Untuk mengetahuinya mari kita melihat ke sejarah mula-mula Si Raja Batak.Si Raja Batak memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Guru Tateabulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut. Guru Tateabulan memiliki 5 anak laki-laki dan juga 3 anak perempuan, yaitu Siboru Pareme, Siboru Anting Sabungan, Siboru Biding Laut. Raja Isumbaon memiliki 3 orang anak laki-laki yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang.
Tuan Sorimangaraja kemudian memperistri 3 orang, yaitu:
1) Siboru Anting Sabungan (disebut juga Siboru Paromas)
2) Siboru Biding Laut, adik Siboru Anting Sabungan
3) Siboru Sanggul Haomasan
Anak pertama Tuan Sorimangaraja dari Siboru Anting Sabungan dinamai Si Ambaton atau Tuan Sorbadijulu. Dari sinilah nama Nai Ambaton berasal (nai = ibu, Ambaton = nama anaknya, Nai Ambaton = ibunya si Ambaton). Konon Nai Ambaton ini berpesan kepada anaknya Si Ambaton untuk menjaga persatuan keturunannya.
“Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”. Kalimat ini sulit diterjemahkan secara tepat dalam bahasa Indonesia tetapi kira-kira maksudnya adalah bahwa semua keturunan Raja Naiambaton adalah satu putra-satu putri (dianggap sebagai satu saudara). Begitu eratnya persaudaraan itu seolah-olah antar kakak dan adik kandung, meskipun hubungan darahnya sudah jauh.

Karena dianggap sebagai satu saudara, putra-putri keturunan Nai Ambaton tidak boleh menikah satu dengan yang lain. Hingga hari ini, terasa canggung bahkan tabu untuk saling mengawini di dalam marga-marga Parna. Jika sampai ada yang menikah, bisa dipastikan pasangan ini akan menjadi bahan gunjingan dan cercaan. Kerap kali mereka dikucilkan –atau mengucilkan diri– dari acara-acara adat.
Untuk mencegah perasaan senang telanjur timbul di antara dua muda-mudi yang pantang saling menikahi, disarankan untuk menanyakan marga segera setelah berkenalan. Menanyakan marga dan kampung asal ini merupakan satu topik “ice breaking” yang baku dalam percakapan dua orang Batak, baik sesama maupun lawan jenis. Semacam ritual untuk “positioning” atau “alignment.”
Terkadang salah satu pihak menggunakan sub marga yang tidak umum dikenal sehingga tidak diketahui bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan. Teman, orang tua atau kerabat yang mengetahui hal ini berkewajiban untuk segera memberitahukan. Karena sudah menjadi norma yang dipahami bersama, orang yang ditegur pun tidak boleh marah kepada yang menegur.

Marga-marga Parna dibagi menjadi 4 kelompok besar:
A. Dari Simbolon Tua:
1. Simbolon
2. Tinambunan
3. Tumanggor
4. Maharaja
5. Turutan
6. Pinayungan
7. Nahampun

B. Dari Tamba Tua
8. Tamba
9. Siallagan
10. Sidabutar
11. Sijabat
12. Siadari
13. Sidabalok (no 10 s.d. no 13 disebut Si Opat Ama)
14. Rumahorbo
15. Rea
16. Napitu
17. Siambaton


C. Dari Saragi Tua
18. Saragi
19. Saragih
20. Simalango
21. Saing
22. Simarmata
23. Nadeak
24. Basirun
25. Bolahan
26. Akarbejadi
27. Kaban
28. Garingging
29. Jurung
30. Telun


D. Dari Munte Tua
31. Munte
32. Sitanggang
33. Sigalingging
34. Siallagan
35. Manihuruk
36. Sidauruk
37. Turnip
38. Sitio
39. Tendang
40. Banuarea
41. Gaja
42. Berasa
43. Beringin
44. Boangmanalu
45. Bancin

Catatan: saya tidak sepakat kalau Sitio diletakkan di rumpun Munte Tua karena Rumahorbo-Napitu-Sitio adalah satu saudara sehingga semestinya Sitio berada di kelompok yang sama dengan Rumahorbo dan Napitu, yaitu sebagai bagian dari Tamba Tua.

Di sumber yang lain, disebutkan bahwa marga-marga Parna berjumlah 70 marga. Berikut adalah daftarnya (sebanyak 68 marga saja, yang lainnya belum diketahui) yang disusun secara alfabetikal, bukan berdasarkan urut-urutan kesenioran.

1. Bancin (Sigalingging)
2. Banurea (Sigalingging)
3. Boangmenalu (Sigalingging)
4. Brampu (Sigalingging)
5. Brasa (Sigalingging)
6. Bringin (Sigalingging)
7. Gaja (Sigalingging)
8. Dalimunthe
9. Garingging (Sigalingging)
10. Ginting Baho
11. Ginting Capa
12. Ginting Beras
13. Ginting Guruputih
14. Ginting Jadibata
15. Ginting Jawak
16. Ginting Manik
17. Ginting Munthe
18. Ginting Pase
19. Ginting Sinisuka
20. Ginting Sugihen
21. Ginting Tumangger
22. Haro
23. Kaban
24. Kombih (Sigalingging)
25. Maharaja
26. Manik Kecupak (Sigalingging)
27. Munte
28. Nadeak (di pa lao)
29. Nahampun
30. Napitu
31. Pasi
32. Pinayungan (Sigalingging)
33. Rumahorbo
34. Saing
35. Saraan (Sigalingging)
36. Saragih Dajawak
37. Saragih Damunte
38. Saragih Dasalak
39. Saragih Sumbayak
40. Saragih Siadari
41. Siallagan
42. Siambaton
43. Sidabalok
44. Sidabungke
45. Sidabutar
46. Saragih Sidauruk
47. Saragih Garingging
48. Saragih Sijabat
49. Simalango
50. Simanihuruk
51. Simarmata
52. Simbolon Altong
53. Simbolon Hapotan
54. Simbolon Pande
55. Simbolon Panihai
56. Simbolon Suhut Nihuta
57. Simbolon Tuan
58. Sitanggang Bau
59. Sitanggang Gusar
60. Sitanggang Lipan
61. Sitanggang Silo
62. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 (Sigalingging)
63. Sitio
64. Tamba
65. Tinambunan
66. Tumanggor
67. Turnip
68. Turuten






TAROMBO NI RAJA SITANGGANG
1. RAJA SORIMANGARAJA
v Raja Sorimangara mempunyai 3 ( Tiga ) Orang anak yaitu :
1. Raja Asi – asi
2. Raja Isumbaon
3. Guru Tatea Bulan
v Raja Isumbaon mempunyai 3 ( Tiga ) Orang anak yaitu :
  1. Tuan Sorbadijulu
  2. Tuan Sorbadijae
  3. Tuan Sorbadibanua
v Tuan Sorbadijulu mempunyai 1 ( Satu ) Orang anak yaitu Datu Sindar Mataniari/ Suliraja/Raja Naiambaton
v Anak dari dari Datu Sindar Mataniari/ Suliraja/ Raja Naiambaton ada 4 ( Empat ) yaitu :
  1. Anak dari Isteri Pertama ( I ) yaitu :
1)
Kembar
Si Boru Pinta Haumasan
2) Guru So Dundangon
3) Raja Sitempang/ Raja Natanggang
  1. Anak dari Isteri kedua ( II ) yaitu :
1) Raja Nabolon
Raja Sitempang/ Raja Natanggang mempunyai kehidupan yang unik, banyak versi Legenda yang dapat didengar secara turun temurun dari mulut kemulut. Lahir dalam keadaan cacat, dimana kedua kakinya dempet dengan berjalan hanya tujuh ( 7 ) Jari. Untuk menghilangkan rasa malu dari Orang Tuanya dia diasingkan disuatu Pondok dekat tala – tala di Huta Pusuk Buhi. Pada waktu yang sama ada seorang wanita yang juga diasingkan oleh Orang Tuanya, Silahisabungan bernama Siboru Marihan. Siboru Marihan dengan wajah dan tubuh Manusia tetapi kakinya seperti seekor ikan (seperti Putri Duyung). Itulah sebabnya Dia diasingkan dari keluarganya dan dimasukkan ke tala-tala oleh Orang Tuanya Silahisabungan dengan harapan kalu Dia manusia akan mati, tetapi kalau Dia Ikan Dia akan hidup, ternyata Dia hidup, tetapi Dia bukanlah Ikan. Tapi memang aneh bila Dia bukan Manusia mengapa Dia dapat hidup di dalam air ? hal ini lah yang membuat Orang Tuanya menjadi heran dan merasa takut dan Dia diasingkan ke suatu Pondok dekat tala-tala dihuta Pusuk buhit. Kedua orang ini akhirnya bertemu dan menikah setelah melalui proses yang ajaib dan melahirkan seorang anak yang bernama Raja Hatorusan. Tetapi sebelum menikah mereka membuat suatu janji ataupun padan agar Raja Natanggang berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapapun bahwa Dia adalah Manusia Ikan. Tetapi ternyata janji ini dilanggar oleh Raja Natanggang yang mengakibatkan mereka serta anaknya berpisah dan tidak pernah bertemu lagi. Raja Hatorusan keluar darii daerah Sianjur Mula mula.
Salah satu mitos yang berkembang sampai saat ini adalah meletusnya gunung Toba yang menghasilkan Danau Toba dan Gunung Pusuk Buhit sekarang, adalah akibat pengingkaran Janji oleh Raja Sitempang/ Raja Natanggang. Raja Sitempang selamat dari bencana alam dan dalam perjalanannya ( Pengembaraannya ) suatu ketika bermimpi dimana ia disuruh pergi ke suatu daerah dimana banyak tumbuh rumput yang bernama samo-samo ( Samo-samo adalah rumput makanan ternak (Kerbau). Akhirnya sampai di daerah Tanjung Bunga sekarang, tergelincir dan yang membuat kakinya yang dempet menjadi terpisah. Akan tetapi lain halnya cerita lain yang mengatakan karena senangnya setelah sampai di daerah samo-samo tersebut karena melihat samo-samo yang sir-sir, Ia menari-nari dengan melompat-lompat dengan kakinya yang dempet dan seketika itu pula kakinya terpisah dan Ia menjadi manusia normal kembali kemudian membangun rumahnya di daerah itu. Konon menurut hikayatnya daerah itu kemudian dinamai SAMOSIR, karena di daerah samo-samo tersebut semua sir-sir (sirsir artinya semua tersedia). Oleh karena itu, asal kata samosir adalah dari kata samo samo na sirsir.
Setelah Raja Sitempang tinggal menetap mempunyai huta ( di Pangururan sekarang ), dia menikah dengan Boru Porti Mataniari, dan kemudian lahirlah anaknya yang diberi nama RAJA NATANGGANG ( RAJA PANGURURAN ). Raja Sitempang/ Raja Natanggang mewariskan kerajaannya kepada anaknya Raja Natanggang yang dikenal dengan nama Raja Pangururan.
Raja Panungkunan dikenal juga dengan nama Raja Tanjabau yang kemudian dikenal dengan nama Sitanggang Bau, mempunyai 2 ( dua ) orang anak yaitu :
1. Raja sitempang ( kembali mengambil nama Oppungnya )
2. Raja Tinita
Raja Sitempang I kemudian mengangkat anak yang tadinya marga Sijabat dan diberi nama Gusar, marga ini kemudian dikenal dengan Nama Sitanggang Gusar.
Raja Pangadatan mempunyai 3 ( Tiga ) Orang anak yaitu :
1. Raja Sitanggang Lipan
2. Raja Sitanggang Upar
3. Raja Sitanggang Silo
Raja Sitanggang Silo mempunyai 3 ( Tiga ) orang anak yaitu :
1. Mangilang Bosi/ Silo
2. Sitabi Dalan/ Simanihuruk dan
3. Salapsap Bosi/ Sidauruk
Raja Pangulu Oloan mempunyai 1 ( Satu ) orang ank yang bernama : Sigalingging
  1. IPAR – IPAR NI PARTUBU
Raja Sitanggang/ Raja Pangururan adalah anak dari Raja Sitempang/ Raja Natanggang, dan Raja Simbolon adalah anak dari Raja Nabolon. Keberadaan Raja Sitempang/ Raja Natanggang sejak awal sudah bermasalah dan Ia diasingkan Orang Tuanya Ke Tala – tala Pusuk Buhit dan dianggap tidak ada lagi. Tetapi ternyata dikemudian hari Ia muncul dan dalam keadaan Normal yang membuat suatu kenyataan yang sulit diterima oleh akal sehat. Pada hal; selama Raja Sitempang/ Raja Natanggang berada dipengasingan Raja Simbolon sudah sempat dianggap siangkangan, sehingga status siapa siangkangan menjadi rumit ditentukan karena Raja Simbolon sudah terlebih dahulu menikah dengan boru siangkangan dari Naibaho dimana kemudian Raja Sitanggang / Raja Pangururan menikah dengan boru Naibaho adik dari Isteri Raja Simbolon.
Tona dari Raja Naiambaton : “ Di Hamu sude pinomparhu na mamungka huta di Desa naualu di Tano Sumba, di na manjunjung baringin ni Raja Isumabon. Partomuan ni aek Partomuan ni hosa. Mula ni jolma sorang. Asa tonahonma tonangkon tu ganup pinomparmu ro di marsundut-sundut, asa sisada anak, sisada boru hamu sisad lungun, sisada siriaon, naunang, natongka, naso jadi marsibuatan hamu pinompar muna manjunjung goarhu Si Raja Nai Ambaton Tuan Sorba di Julu Raja Bolon.
Asa ise hamu di pomparhu namangalaosi tonangkon, tu hamuma I sitabaon, tu tao ma I sinongnongon, tu harangan mai situtungon”.
Khusus untuk Raja Sitanggang dan Simbolon di PADAN hon sebagai berikut : Di Ho ale Pimomparhu Raja Na Tanggang gelar Raja Pangururan na Manean huta ni Daompung si Raja Isumbaon dohot ho ale Raja Nabolon namanean goarhu Raja Bolon Sian Tano Sumba Pangurura, asa tonahonon muna tonakon tu saluhut siminithu/ Pinomparhu rodi marsundut-sundut di desa na ualu di Tano Batak. Asa rap siahaan mahamu rap sianggian; rap di jolo rap si Raja Baung di Pomparan ni Si Raja Naiambaton.
Asa tonahononhu ma tu saluhut Raja Adat, Raja Bius, suang songoni tu angka Raja Parbaringin, Datu Bolon dohot Si Baso Bolon di Tano Sumba asa rap Siahaan ma hamuna du diparadaton, dipartuturan siapari, di tarombo, dihorja adat.
Di Parjambaran ni horbo bius dohot adat, dipanjambaran Adat Dalihan Natolu asa sahali manjou ma goarmu na, du hali manggora dohot tangan na dua na martaripar, Natanggang-Nabolon, Nabolon-Natanggang. Asa ruhut ni panjouon di ulaon adat, IPAR IPAR ni Partubu nami Raja Nabolon; songoni ma nang Raja Nabolon manjou IPAR-IPAR ni Partubu nami Raja Natanggang. Asa ruhut dipartuturon siapari, na parjolo tubuma siahaan, parpudi tubu sianggian.
Molo so diingot ho hata nidok ima namanggose, molo lupa di tona ima na manguba. Asa ho ale Raja Nabolon-Raja Natanggang asa tonahononmuna ma tupinomparmu asa unang adong namangose namanguba tonangki.
NAIBAHO juga akhirnya turun tangan untuk mengatasi kemelut bere/ helanya dan mengatakan :
Di Berengku Sitanggang-Simbolon, Di Helangku Simbolon-Sitanggang, Tonahon hamu ma tonangkon tu saluhut Pinomparmu rodi marsundut – sundut di Tano Batak dohot tu sude na adong di desa na ualu. Asap rap siahaan ma hamu rap sianggian. Rap Rajai jolo, rap Raja i pudi.
Ditonga – tonga ni Raja Adat, Raja Bius Suang songoni dohot dijolo ni angka Raja Parbaringin datu bolon dohot Sibaso Bolon, Siada Tulang mahamu, hami namarbere, di Namarsimatua hamu hami namarhela.
Asa rap siahaan mahamu rap sianggian di Paradaton, di Partuturan siapari ditarombo dohot diadat.
Asa Molo panjouan ni Adat Dlihan Natolu, sahali manggorahon ma Goarmu nadua dohot dua tangan na mar taripar “Na Tanggang-Na Bolon” {SITANGGANG-SIMBOLON}. Panjouan di adat, IPAR IPAR NI PARTUBU MA HAMU, HOMBAR TU PARTUBU MU DOHOT DI PANGOLIANMU.
Asa molo di ose hamu on sega ma hamu jala molo diingot hamu on, na gabe ma hamu, rodi di Pinompar mu saluhut saur matua.
On ma bangun bangunan di hamu helangku, borungku na dua :
“MARNINI MARNONO OMPU SANGGAR NIHUTA,
MARANAK MARBORU SITANGGANG-SIMBOLON NA SADA
ALAI DUA, GABE JALA HORAS SAHAT TU NA SAUR MATUA,
SONGON I DI AMANA DOHOT PINOMPARNA, NA TANGI DIPADAN DOHOT HATA NI NATUA TUA”.
Secara Khusus akhirnya Sitanggang dan Simbolon membuat komitment/ pati-patian sebagai berikut :
Songgar tolong baringin jabi-jabi
Sitanggang Simbolon sisada urdot sisada tahi
Dengke ni Sabulan tonggi jala tabo
Manang ise si ose padan, turipur na tumagona
Apabila diterjemahkan secara bebas arti dari TONA – PESAN tersebut adalah :
Sitanggang – Simbolon sama-sama si Abangan sama-sama siadikan.
Dalam acara Adat Pemanggilan dari Sitanggang dan Simbolon adalah IPAR-IPAR ni Partubu.
Penyerahan Jambar diserahkan bersamaan dengan memanggil keduanya Sitanggang dan Simbolon dan dengan menyilangkan tangan.
3. SITANGGANG BUKAN ANAK DARI MUNTHE
Diatas telah diuraikan bahwa Sitanggang adalah keturunan dari Raja Sitempang/ Raja Natanggang, Sitanggang bukanlah anak dari Munthe sebagaimana telah ditulis oleh beberapa penulis Tarombo yang dimulai dengan Tulisan W. M. Hutagalung tahun 1926 (POESTAHA taringot toe tarombo ni Bangso Batak na Pinatoere ni W. M. Hoetagaloeng-rongkoman I-1926). Tulisan ini dipakai beberapa Penulis sebagai Refrensi. Tulisan ini memang belum pernah dibantah oleh Keturunan Marga Sitanggang, inilah saatnya untuk meluruskan Tarombo tersebut sekaligus menyatakan bahwa apa yang ditulis oleh Hutagalung tersebut dan kemudian oleh penulis berikutnya pun tetap salah. Perlu diketahui bahwa W. M. Hutagalung pada waktu menulis Tarombo tersebut adalah ASISTEN DEMANG DI PANGURURAN, yang seharusnya tahu persis bahwa Marga Munthe tidak ada di Pangururan, maka kesimpulannya bahwa apa yang telah ditulis oleh W. M. Hutagalung tentang Tarombo ni Marga Sitanggang yang berasal dari Marga Munthe adalah Bualan Belaka atau Karangan yang mengada-ada tampa Bukti Kuat.
Sebagai Fakta yang menguatkan bahwa Sitanggang adalah keturunan Raja Sitempang/ Raja Natanggang anak dari Datu Sindar Mataniari/ Suli Raja/ Raja Nai Ambaton adalah :
a. Raja Natanggang/ Raja Pangururan
Nama Raja Natanggang yang juga disebut Raja Pangururan, perobahan nama ini adalah karena setelah huta yang dibangun Raja Sitempang berkembang, banyak orang yang datang berdagang dan keperluan lainnyake huta tersebut.
Raja Sitempang membangun PARTUNGKOAN yaitu tempat berkumpul layaknya seperti kedai atau Lapo saat ini. Lapo ini juga berfungsi sebagai tempat berjudi. Menurut cerita, tak pernah pendatang menang berjudi di Partongkoan ini, sehingga menjadi buah bibir setiap pengunjung dan menyatakan tempat itu PANG-URUR-AN, karena setiap berkunjung ke tempat itu selalu mang – urur – i, selalu kehabisan uang atau kekurangan Uang, kadang-kadang pulang hanya dengan pakaian yang melekat di tubuhnya saja. Dan Akhirnya Raja Sitempang/ Raja Natanggang mewariskan Kerajaanya pada Anaknya Raja Natanggang, jadilah Raja Natanggang pemilik partongkoan tersebut diberi gelar nama menjadi RAJA PANGURURAN, yang punya Huta dan tentu saja yang menjadi Raja Huta.
b. Bius Sitolu Hae Horbo
Bius Pangururan disebut Bius Sitolu Tali yang kemudian berubah nama menjadi Bius Sitolu Hae Horbo. Disebut Tolu Hae karena yang memiliki harajaon adalah tiga Marga yaitu : Sitanggang, Simbolon dan Naibaho. Apabila ada acara, maka masing-masing marga ini dapat sakhae dari kerbau yang disembelih. Konon katanya, hae keempat ditanam dibatu mamak. Kemudian dalam perkembangannya hae keempat diberikan kepada pargonsi. Ternyata marga Munthe tidak mempunyai atau tidak memiliki bius di Pangururan ( Bius Munthe tidaka ada di Pangururan ).
c. Aek Parsuangan
Di salah satu sisi di Gunung Pusuk Buhit, ada 3 (Tiga) mata air yang disebut Aek Parsuangan. Pemilik dan nama mata air itu berturut-turut dari atas kebawah adalah : Naibaho, Sitanggang dan Simbolon.
4. TAROMBO NI RAJA SITANGGANG DI DALAM BAGAN
Raja Natanggang/ Raja Pangururan mempunyai 3 (Tiga ) orang anak, yaitu :
1. Raja Panungkunan
2. Raja Pangadatan
3. Raja Panghulu Oloan
5. Penomoran
Pendekatan penomoran dapat dengan dua cara yaitu :
1. Menurut Generasi
2. menurut pada yang menurunkannya.
6. Panjouan di Ulaon
1) Ulaon Raja Sitempang ( Raja Sitanggang Bau )
Dipanggil pertama Raja Tinita, kemudian Sitanggang Gusar, setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sidauruk dan Sigalingging.
2) Ulaon di Raja Tinita
Dipanggil Pertama Sitanggang Bau Raja Sitempang, kemudian Sitanggang Gusar. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sidauruk dan Sigalingging.
3) Ulaon di Sitanggang Gusar
Dipanggil pertama Sitanggang Bau Raja Sitempang, kemudian Raja Tinita, setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sidauruk dan Sigalingging.
4) Ulaon di Raja Sitanggang Lipan
Dipanggil pertama Sitanggang Lipan, Sitanggang Silo, Simanihuruk dan Sidauruk. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
5) Ulaon di Raja Sitanggang Upar
Dipanggil pertama Sitanggang Lipan, Sitanggang Silo, Simanihuruk dan Sidauruk. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
6) Ulaon di Raja Sitanggang Silo
Dipanggil pertama Simanihuruk, Sidauruk, Sitanggang Lipan dan Sitanggang Upar. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
7) Ulaon di Raja Simanihuruk
Dipanggil pertama Sitanggang Silo, Sidauruk, Sitanggang Lipan dan Sitanggang Upar. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
8) Ulaon di Raja Sidauruk
Dipanggil pertama Sitanggang Silo, Simanihuruk, Sitanggang Lipan, dan Sitanggang Upar. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita, Sitanggang Gusar dan Sigalingging.
9) Ulaon di Raja Sigalingging
Dipanggil pertama Sitanggang Bau Raja Sitempang, Raja Tinita dan Sitanggang Gusar. Setelah itu dilanjutkan memanggil Sitanggang Lipan, Sitanggang Upar, Sitanggang Silo, Simanihuruk dan Sidauruk.
  1. Raja Parhata/ Parsinabul
Molo ulaon dihahana, anggina parsinabul. Itu adalah prinsip yang baku disemua marga. Untuk marga Sitanggang perlu ada Fleksibilitas tingkat sisada ulaon, apalagi namaralaman.
Raja Panungkunan, Raja Pangadatan dan Raja Pangulu Oloan adalah marhaha maranggi sehingga salah satu diantara merekalah gantian yang menjadi parsinabul.
Dibeberapa tempat yang populasinya sudah cukup besar, sesama Raja Panungkunan atau sesama Raja Pangadatan atau sesama Raja Pangulu Oloan sudah boleh menjadi Parsinabul. Bahkan ke tingkat yang lebih rendah seperti yang terlaksana di BONA PASOGIT.

15 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Horas...
    Saya Op.Gabriel sitanggang pomparan ni Raja langit sian Raja buhit anakni Raja sitanggang lipan
    umur 69 Tahun
    alamat. Barisan sinaga.desa lau molgap.kec tigalingga.kab dairi sidikalang prov.sumut
    menurut yang saya tahu dan yang saya dengar dari orang Tua terdahulu
    Bahwa Raja sitempang(Op.Raja pangururan)
    Mempunyai 2 anak yaitu:
    1.Raja sitanggang(Tanjabau)
    2.Raja sigalingging (Raja pangulu Oloan)

    Raja sitanggang(Tanjabau) mempunyai 2 anak yaitu:
    1.Sitanggang Bau (Raja Panungkunan)
    2.Raja pangadatan

    Raja pangadatan mempunyai 3 Anak yaitu:
    1.Raja lipan
    2.Raja upar
    3.Raja silo
    Jadi menurut saya Anak Raja Sitempang(Op.Raja pangururan)
    Tidak Ber anak 3 (tiga)
    Tapi ber anak 2 (dua)
    Tarombo ini lah yang saya tahu dari Orang Tua terdahulu.
    Mauliate Horas..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mauliate godang hupasat hami tu hamu natuatua di penjelasan on. Horas.
      http://b-bolon.blogspot.com

      Hapus
  3. Santabi jo amang na punasa blog on,ai marga aha do hamu?
    Santabi ma hudok sahali nai tu hamu.tanda tanya do au di tarombo na ibaen hamuon dohot dipenjelasan munaon.

    BalasHapus
  4. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus
  5. Dikoreksi ateh sotung menimbulkan polemik
    Dang adong sejarah na sitanggang gabe anak ni simunte
    Sotung nongnong annon na apuna blok on
    Tolong dikoreksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di artikel memang tidak ada dikatakan bahwa sitanggang adalah anak dari munthe

      Hapus
  6. Berarti sayang do Sitanggang tu Hami Sijabat ate

    BalasHapus
  7. Vero sitanggang : iy ito mana ada sejarah sitanggang gabe anak ni simunte

    BalasHapus
  8. Allang ma gadong i...sitanggang didokhon ho sian munthe tua

    BalasHapus
  9. Raja sitelpang,simbolon tua,saragi tua,tamba tua,munte tua.didia ma huta ni munthe tua di samosir??Asal dipadok ho do parbinotoanmi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhilala versi ni pamola mola do na mambahen tarombo i. Ikkon ma nian jolo sinukkun sitanggang asa di expose.

      Hapus
  10. Padenggan jolo postinganmon, atik sian dia ho marguru..dia dibahen ho Raja Sitelpang gabe dibahen ho anak ni si munthe tua...allang ma gadongi godang godang

    BalasHapus
  11. Ai memang na gadongon do na mambahen tarom o i ate. Dang adong toho ni i umbahen sitanggang gabe gelleng ni munte.

    BalasHapus
  12. Link sigalingging ini bisa dipakai juga sebagai tambahan guna melengkapi, yg didalamnya ada struktur silsilah.

    https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sigalingging

    BalasHapus