Hegemoni kelompok Cipayung yang terdiri dari HMI, PMII, GMNI, PMKRI, GMKI diperkirakan masih dominan saat pemilu mendatang.
Saat ini hegemoni (dominasi) kelompok Cipayung dalam peta politik
nasional cukup kuat. Buktinya, pimpinan lembaga tinggi negara hampir
semua diduduki alumni Cipayung. Diantaranya, Ketua KPU Husni Kamil
Manik, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Ketua KPK Abraham Samad,
Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman (alumni HMI), dan Ketua
MPR Taufik Kiemas (alumni GMNI).
Sedangkan di partai politik, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua
Umum PPP Suryadharma Ali (alumni PMII), Ketua Dewan Pembina Partai
Golkar Akbar Tandjung (alumni HMI), Ketua Umum PBB MS Ka’ban (alumni
HMI), Megawati (alumni GMNI).
Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi), Jeirry Sumampow menilai,
kelompok Cipayung yang terdiri dari alumni Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)
akan tetap dominan mewarnai konstestasi Pemilu 2014. Sebab, alumni
kelompok ini umumnya orang-orang kuat yang berhu¬bungan langsung dengan
kekuasaan.
“Meskipun tidak tepublikasi, saya tahu kelompok Cipayung punya ikatan
kuat diantara mereka. Kelompok ini memang bukan lembaga politik, tetapi
kalau mereka berhasil menemukan tokoh yang bisa mempersatukan, bisa
jadi gerakan kelompok Cipayung akan sangat dahsyat,” ujarnya kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Jeirry melihat, tahun 2014 ada¬lah masa transisi politik, dimana
tidak ada lagi incumbent berpartisipasi. Di masa transisi, kata dia,
peluang bermainnya kelompok penggerak yang berasal dari luar partai
politik sangat besar.
“Peluang kelompok Cipayung solid memang cukup berat, karena selama
ini tidak ada kepentingan bersama diantara mereka. Selain itu mereka
juga belum punya tokoh Istimewa,” jelas dia.
Jeirry mengatakan, kelompok Cipayung merupakan kelompok yang memiliki
kekuatan besar di dunia perpolitikan Indonesia. Di daerah, kata dia,
kelompok ini bisa mengerakkan mesin politik melalui kampus-kampus dan
organisasi cabang-cabang yang ada di setiap kabupaten.
Alumni organisasi Cipayung, kata Jeirry, tidak bisa diremehkan.
Alumni punya ikatan politik yang kuat, disamping itu dikenal tahan
banting dan militan ketika berjuang.
“Kelompok Cipayung itu terkenal memiliki alumni yang berperan penting
di dunia politik, dari Orde Baru hingga sekarang mereka terus
mewarnai,” nilainya.
Jeirry melihat, kelompok Cipayung memiliki posisi tawar tinggi di
dalam kontestasi Pemilu 2014. Dia optimistis, kelompok ini bakal sukses
seandainya solid mendukung capres tertentu di Pemilu 2014.
Ada dua faktor yang bisa menyebabkan kelompok Cipayung sukses.
Pertama, kelompok Cipayung memiliki organisasi yang kuat karena
bergabungnya aktivis kemahasiswaan teruji ketokohannya dan tingkat
intelektual tinggi.
“Memang kalau mereka muncul di 2014, respon masyarakat bisa positif,
bisa negatif. Tapi dalam politik segala sesuatu serba mung¬kin,” tegas
dia.
Kedua, lanjut Jeirry, kelompok Cipayung memiliki banyak figur
berkualitas dan berpengalaman untuk memimpin bangsa. Kata dia, selepas
era Akbar Tandjung dan Taufik Kiemas, kelompok Cipayung memiliki cukup
stok para tokoh potensial.
Jika kelompok Cipayung ingin eksis di 2014, Jeirry menyarankan,
kelompok ini mencari sosok pemersatu yang bisa diterima masyarakat untuk
diusung sebagai ca-pres atau cawapres. “Alumni Cipayung yang segar dan
punya peluang jadi pemersatu untuk 2014 mungkin pak Mahfud MD,”
cetusnya.
Pengamat politik Manifest Institute Adi Wibowo menambahkan, dominasi
kelompok Ci-payung hanya bisa dikalahkan oleh kelompok militer. Seperti
halnya militer, kelompok Cipayung juga terpecah ke dalam berbagai
faksi-faksi.
“Alumni kelompok Cipayung tersebar di seluruh daerah. Bahkan kalau di
total seluruh Indonesia anggota legislatif, birokrat dan penegak hukum
alumni organisasi Cipayung sangat banyak,” pungkasnya.
ucanews,com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar