2.1
Awal mahasiswa di Indonesia tahun 1908
Dalam
Sejarah peradaban bangsa Indonesia, ada beberapa catatan peristiwa yang layak
kita pandang sebagai awal mula pergerakan mahasiswa di tanah air. Pergerakan
tersebut bermula pada tahun 1908. Pada masa itu,mahasiswa - mahasiswa dari
lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah wadah pergerakan pertama di
Indonesia yang bernama Boedi Oetomo, dimana organisasi ini didirikan di Jakarta
pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan bentuk sikap kritis mahasiswa
tersebut terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka sudah
selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan terhadap
sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini, walaupun
terkesan gerakan yang mereka lakukan masih menunjukkan sifat primordialisme Jawa.
Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di
perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang
belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek,
Saleh, dan Soeleman. Melalui diskusi itulah mahasiswa - mahasiswa tersebut
mulai memikirkan nasib masyarakat Indonesia yang makin memprihatinkan ditengah
kondisi penjajahan dan selalu dianggap bodoh oleh Belanda, disamping itu
diperparah dengan kondisi para pejabat pemerintahan pada saat itu dari kalangan
pribumi (pangreh praja) yang justru makin menindas rakyatnya demi kepentingan
pribadi dan kelanggengan jabatannya, seperti menarik pajak yang tingi terhadap
rakyat untuk menarik simpati atasan dan pemerintahan Belanda.
Selain itu, pada tahun 1908 ini juga, mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi di Belanda yaitu Drs. Mohammad Hatta yang kemudian nanti menjadi Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia mendirikan organisasi Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu wadah kelompok diskusi mahasiswa yang kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Misi nasionalisme yang ditunjukkan organisasi ini lebih jelas dipertajam dengan bergantinya nama organisasi ini menjadi Perhimpunan Indonesia. Melalui majalah Indonesia Merdeka, mereka yang tergabung dalam organisasi ini mulai gesit dalam melancarkan propaganda pergerakannya, sudah banyak artikel yang dimuat dalam majalah tersebut yang mengkritisi bagaimana kondisi bangsa pada saat itu, sampai muncul statement yang mengatakan bahwa sudah saatnya Bangsa Indonesia tidak menyebut negaranya dengan sebutan Hindia Belanda. Termasuk dalam majalah tersebut memuat tulisan yang disebut manifesto 1925 yang isinya antara lain:
1. Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri;
2. Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun dan;
3. Tanpa persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai.
Selain itu, masih ada organisasi pemuda mahasiswa yang lain seperti Indische Partij yang secara radikal menyuarakan kemerdekaan Indonesia,selain itu ada juga Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang arah pergerakan politiknya lebih condong ke ideologi nasionalisme demokratik yang berlandaskan Islam. Yang perlu kita catat dalam sejarah kemahasiswaan periode ini adalah ketika insiatif beberapa mahasiswa pada tahun 1908 tersebut telah memunculkan sebuah momentum bersejarah yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada saat Boedi Oetomo didirikan yaitu pada tanggal 20 Mei 1908. Momentum inilah yang telah menjadi batu loncatan awal bagi setiap pergerakan bangsa di tahun - tahun berikutnya.
2.2
Mahasiswa di Periode Tahun 1928
Sejarah berlanjut pada periode
berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama
Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia
(Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan -
kawannya dari Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk
mendirikan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli
1925. Pembentukan kedua kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka
terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada
masa itu.
Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa. Hal tersebut lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, yang merupakan lanjutan dari Kongres Pemuda I pada tahun 1926, yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.
Adapun isi dari sumpah pemuda itu
sendiri adalah :
-
Kami
Putra Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
-
Kami
Putra Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
-
Kami
Putra Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Pada saat ini pulalah lagu
kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan oleh WR Soepratman menggunakan biola.
Kemudian, setiap tahunnya hingga sekarang peristiwa ini selalu diperingati pada
tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.
2.3 Mahasiswa di Tahun 1945 dalam
perannya meraih Kemerdekaan
Periode ini merupakan periode yang
sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia, peran pemuda mahasiswa juga
tidak lepas dan terlihat sangat vital dalam mewujudkan suatu misi besar bangsa
Indonesia pada saat itu yaitu melepaskan diri dari belenggu pejajahan atau
merebut kemerdekaan. Kondisi pergerakan mahasiswa pada saat itu tidak semudah
pada periode - perode sebelumnya. Secara umum kondisi pendidikan maupun
kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif
dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan
terhadap segala kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti
dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai
politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang
mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan. Dan secara praktis, akhirnya
mahasiswa - mahasiswa pada saat itu mulai menurunkan intensitas pergerakannya dan
lebih mengerucutkannya dalam bentuk kelompok diskusi. Yang berbeda pada masa
tersebut adalah, mahasiswa - mahasiswa pada waktu itu lebih memilih untuk
menjadikan asrama mereka sebagai markas pergerakan. Dimana terdapat 3 asrama
yang terkenal dalam mencetak tokoh - tokoh yang sangat berpengaruh dalam
sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih.
Melalui diskusi di asrama inilah kemudian lahir tokoh - tokoh yang nantinya
bakal menjadi motor penggerak penting munculnya kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan bawah tanah
melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah terjadi insiden
bom atom di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk
mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Mahasiswa - mahasiswa yang terdiri
dari Soekarni dan Chairul Saleh inilah yang akhirnya terpaksa menculik dan
mengamankan tokoh proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok pada tanggal 16
Agustus 1945 agar lebih memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat
dalam memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa inilah yang kemudian tercatat
dalam sejarah sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Tindakan mahasiswa dan kaum muda ini
membuahkan hasil, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur, Jakarta tepat pada pukul 10.00 diproklamasikanlah Kemerdekaan Indonesia.
Setiap tahun kemudian hari tersebut menjadi hari libur nasional sekaligus
memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
2.4 Mahasiswa di tahun 1966
Pada masa setelah kemerdekaan, mulai
bermunculan secara bersamaan organisasi - organisasi mahasiswa di berbagai
kampus. Berawal dari munculnya organisasi mahasiswa yang dibentuk oleh beberapa
mahasiswa di Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta, yang dimotori oleh
Lafran Pane dengan mendirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada
tanggal 5 Februari 1947. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah pergerakan
mahasiswa yang dilatarbelakangi oleh 4 faktor utama yang meliputi Situasi Dunia
Internasional, Situasi NKRI, Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia,
Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan. Selain itu pada tahun yang
sama, dibentuk pulalah Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang
didirikan melalui kongres mahasiswa di Malang. Lalu pada waktu yang berikutnya
didirikan juga organisasi - organisasi mahasiswa yang lain seperti Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi Marhaenisme
Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cenderung ke
ideologi Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI)
yang lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat dengan PKI
(Partai Komunis Indonesia).Sebagai imbas daripada kemenangan PKI pada pemilu
tahun 1955, organisasi CGMI cenderung lebih menonjol dibandingkan dengan
organisasi - organisasi mahasiswa lainnya.
Namun justru hal inilah yang menjadi
cikal bakal perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu yang disebabkan
karena adanya kecenderungan CGMI terhadap PKI yang tentu saja dipenuhi oleh
kepentingan - kepentingan politik PKI. Secara frontal CGMI menjalankan politik
konfrontasi dengan organisasi - organisasi mahasiswa lainnya terutama dengan
organisasi HMI yang lebih berazazkan Islam. Berbagai bentuk propaganda politik
pencitraan negatif terus dibombardir oleh CGMI dan PKI kepada HMI, beberapa
bentuk propaganda yang mereka wujudkan yaitu salah satunya melalui artikel
surat kabar yang berjudul Quo Vadis HMI. Perseturuan antara CGMI dan HMI
semakin memanas ketika CGMI berhasil merebut beberapa jabatan di organisasi
PPMI dan juga GMNI, terlebih setelah diadakannya kongres mahasiswa V tahun
1961.
Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan oleh pihak PKI dan CGMI terhadap beberapa organisasi mahasiswa yang secara ideologi bertentangan dengan mereka, akhirnya beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai gerakan angkatan '66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara.
Atas beberapa serangan yang terus menerus dilakukan oleh pihak PKI dan CGMI terhadap beberapa organisasi mahasiswa yang secara ideologi bertentangan dengan mereka, akhirnya beberapa organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI), mereka sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai gerakan angkatan '66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara.
Tritura adalah singakatan dari tri
tuntutan rakyat atau tiga tuntutan rakyat yang dicetuskan atau diserukan oleh
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan didukung oleh Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang ditujukan kepada pemerintah.
Sebelum tuntutan pembubaran PKI
serta perombakan kabinet pada pemerintah telah digaungi oleh KAP-Gestapu yang
merupakan singkatan dari Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September.
Tritura atau tiga tuntutan rakyat
memiliki isi:
1. Bubarkan PKI
2. Perombakan Kabinet
3. Turunkan Harga.
Para mahasiswa turun kejalan
menyuarakan tuntutannya sesuai dengan isi tritura, selama beberapa hari tidak
pulang demi tuntutan mereka dapat didengar. Mahasiswa saat itu yang kebanyakan
merupakan mahasiswa UI melakukan aksinya menggunakan almameter UI, sehingga
kejadian itu juga dikenal Jakarta Lautan Kuning. Pada masa inilah disebut
mahasiswa angkatan 1966 merupakan panutan untuk masa-masa selanjutnya.
Namun sayangnya, di tengah semangat idealisme
mahasiswa pada saat itu ada saja godaan datang kepada mereka yang pada akhirnya
melunturkan idealisme perjuangan mereka, dimana setelah masa orde lama
berakhir, mereka yang dulunya berjuang untuk meruntuhkan PKI mendapatkan hadiah
oleh pemerintah yang sedang berkuasa dengan disediakan kursi MPR dan DPR serta
diangkat menjadi pejabat pemerintahan oleh penguasa orde baru.
Namun di tengah gelombang peruntuhan
idealime mahasiswa tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat dikenal
idealimenya hingga saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para
aktivis - aktivis mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Ada seuntai
kalimat inspiratif yang dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang
menjadi inspirasi perjuangan mahasiswa di Indonesia, secara lantang ia
mengatakan kepada kawan - kawan seperjuangannya yang telah berbelok idealimenya
dengan kalimat "lebih baik terasingkan daripada hidup dalam
kemunafikan".
2.5 Mahasiswa di tahun 1974
Periode ini sangat berbeda sekali dengan periode sebelumnya di tahun 1966, dimana pada masa pergerakan mahasiswa tahun 1966 mahasiswa melakukan afiliasi dengan pihak militer dalam menumpas PKI. Pada periode 1974 ini, mahasiswa justru berkonfrontasi dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Gelombang perlawanan bermula sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dianggap meneyengsarakan rakyat. Selain itu, isu pemberantasan korupsi juga dengan lantang digalakkan oleh mahasiswa yang mendesak agar pemerintah lebih tegas dalam menjerat koruptor yang terdiri dari pejabat - pejabat pemerintahan saat itu.
Melalui pergerakan inilah muncul
suatu gerakan yang disebut "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori oleh
Arif Budiman dan Hariman Siregar yang menyuarakan isu korupsi dan kenaikan BBM.
Menyusul pergerakan mahasiswa yang terus meluas, secara inisisatif mahasiswa
membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo.
Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun 1971.
Namun ketika kebusukan - kebusukan rezim pemerintahan orde baru terus mencuat di permukaan, dengan serta merta pemerintah melakukan berbagai rekayasa politik guna meredam protes massa dan mempertahankan status quo, terlebih menjelang pemilu tahun 1971.
Namun hal tersebut tidak juga berhasil dalam meredam gelombang protes mahasiswa, secara bersama - sama, masyarakat dan mahasiswa terus melancarkan sikap ketidakpercayan mereka terhadap 9 partai politik dan Golongan Karya yang selama ini menjadi wadah aspirasi politik mereka dengan munculnya Deklarasi Golongan Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971. Dimana gerakan ini dimotori oleh Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan, dan Arif Budiman. Selain itu mahasiswa juga melancarkan kritik kepada pemerintah yang telah melakukan pemborosan anggaran negara dengan melakukan beberapa proyek eksklusif yang dinilai tidak perlu untuk pembangunan. Salah satunya adalah dengan mendirikan Taman Mini Indonesia Indah, yang sebenarnya proyek - proyek tersebut dijadikan alasan bagi Indonesia untuk terus - menerus menyerap hutang terhadap pihak luar negeri.
Gelombang Protes semakin meledak ketika harga barang kebutuhan semakin melambung dan budaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah semakin menular, gelombang protes inilah yang memunculkan suatu gerakan yang dikenal dengan nama peristiwa Malari pada tahun 1974 yang dimotori oleh Hariman Siregar. Melalui gerakan tersebut lahirlah Tritura Baru selain daripada 2 tuntutan yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.
2.6 Mahasiswa Periode NKK/BKK
Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya oleh pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul diadakannya konsep NKK tersebut maka pemerintah melakukan tindakan pembekuan terhadap beberapa organisasi Dewan Mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia yang kemudian diganti dengan membentuk struktur organisasi baru yang disebut Badan Koordinasi Kampus (BKK). Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif
sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya
mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa
Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang
terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan
pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai
wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga
kemahasiswaan.
Sehingga praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi lumpuh. Yang kemudian akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya fokus ke urusan akademis dan menjadi apatis. Terlebih lagi dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan yang pada saat itu justru menjadi alat kepentingan politik pemerintah. Sehingga tidak heran pada saat itu kondisi rezim semakin kuat dan tegak.
2.7 Mahasiswa pada tahun 1988 dalam usaha menggulingkan rezim orde baru
Sehingga praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi lumpuh. Yang kemudian akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya fokus ke urusan akademis dan menjadi apatis. Terlebih lagi dengan munculnya beberapa organisasi kemasyarakatan yang pada saat itu justru menjadi alat kepentingan politik pemerintah. Sehingga tidak heran pada saat itu kondisi rezim semakin kuat dan tegak.
2.7 Mahasiswa pada tahun 1988 dalam usaha menggulingkan rezim orde baru
Namun pengekangan terhadap mahasiswa
melalui NKK/BKK tidak bertahan lama. Gejolak krisis moneter di seluruh dunia
telah membuat kondisi perekonomian di Indonesia terguncang hebat. Hal tersebut
ditandai dengan menaiknya angka tukar rupiah terhadap dolar yang menembus Rp
17.000/Dolar.
Hal ini tentu saja sangat
mengejutkan masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang akhirnya animo
pergerakannya mulai bangkit setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup
panjang. Dimulai ketika pada saat 20 mahasiswa UI yang mendatangi gedung MPR/DPR
RI denga tegas menolak pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan
melalui sidang umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional kepada MPR.
Kondisi Indonesia semakin tegang sejak harga BBM melonjak naik hingga 71% yang
ditandai dengan beberapa kerusuhan yang terjadi di Medan yang setidaknya telah
memakan 6 korban jiwa. Kegaduhan berlanjut pada tanggal 7 Mei dan 8 Mei. Yaitu
peristiwa cimanggis,dimana pada saat itu telah terjadi bentrokan antara
mahasiswa dan aparat keamanan di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya,
Cimanggis, yang mengakibatkan sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu,
Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan di leher dan lengan kanan,
sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan mengalami iritasi mata akibat
gas air mata, Kemudian peristiwa Gejayan di Yogyakarta yang telah merenggut
nyawa 1 orang mahasiswa.
Hal tersebut tentu saja makin membuat panas situasi antara mahasiswa dan pemerintah, terutama terhadap militer yang mereka anggap telah berbuat semena-mena terhadap mahasiswa yang berdemonstrasi. Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun akhirnya semakin merebak dan meluas. Di Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto resmi mengundurkan diri, dan kemudian menyerahkan jabatannya ke wakil presidennya yaitu Prof.BJ Habibie.
Namun hal tersebut tidak serta merta membuat masyarakat puas, karena mereka masih menganggap bahwa Habibie merupakan antek orde baru. Peristiwa terus berlanjut hingga menjelang akhir tahun, yaitu ketika sidang istimewa MPR digelar pada bulan November. Mahasiswa terus melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Habibie yang masih mereka anggap sebagai regenerasi Orde Baru, dan menyatakan sikap ketidakpercayaan terhadap anggota MPR/DPR RI yang masih berbau orde baru. Selain itu mereka juga mendesak agar militer dibersihkan dari kegiatan politik dan menentang dwifungsi ABRI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa. Aksi perlawanan terus bergejolak dan ketika itulah tragedi ini bermula. Yaitu ketika beberapa aksi mahasiswa tersebut dihadang oleh pihak militer yang bersenjata api lengkap dengan kendaraan lapis baja mereka. Usaha militer untuk membubarkan mahasiswa telah mengakibatkan bentrok yang cukup hebat, usaha tersebut diwarnai dengan beberapa tembakan senjata yang dilakukan oleh aparat terhadap mahasiswa secara membabi buta guna membubarkan massa. Alhasil, Tindakan membabi buta yang dilakukan pihak militer pada saat itu telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia, dan ratuan lainnya luka berat. Korban meninggal dan luka-luka tidak hanya memakan nyawa mahasiswa saja, mulai dari tim relawan kemanusiaan, wartawan, dan masyarakat juga ikut menjadi korban, termasuk anak kecil yang masih berusia 6 tahun tewas tertembak peluru nyasar.
Peristiwa reformasi inilah yang kemudian menjadi catatan kelam negeri ini, yang telah menumpahkan darah mereka-mereka yang ingin berjuang untuk negeri. Yang juga menjadi titik pencerahan baru bagi perubahan Indonesia di masa selanjutnya. Dimana kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan kebebasan pers yang sebelumnya tidak dijumpai pada masa orde baru kembali diperoleh oleh masyarakat di negeri ini. Namun, ada 1 agenda reformasi yang sampai sekarang belum bisa terwujudkan yaitu pemberantasan korupsi yang hingga kini masih menjadi wabah berbahaya bagi stabilitas negara.
hidup mahasiswa!!!!!!!!
BalasHapus